Apa Itu Bashe? Ransomware Baru yang Diduga Serang Bank BRI
- Rita Puspita Sari
- •
- 19 Des 2024 05.04 WIB
Di tengah pesatnya kemajuan teknologi, ancaman di dunia digital semakin mengkhawatirkan. Salah satu ancaman paling serius adalah ransomware, jenis serangan siber yang mencuri dan mengenkripsi data korban untuk meminta tebusan. Baru-baru ini, sebuah cuitan di X/Twitter dari akun @HackManac mengungkap dugaan bahwa Bank BRI menjadi korban serangan kelompok ransomware bernama Bashe. Siapakah Bashe, dan mengapa kelompok ini begitu berbahaya? Artikel ini akan mengupas lebih dalam tentang Bashe dan dampaknya di dunia keamanan siber.
🚨Cyberattack Alert ‼️
— HackManac (@H4ckManac) December 18, 2024
🇮🇩Indonesia - Bank BRI
Bashe hacking group claims to have breached Bank BRI, the oldest bank in Indonesia.
Allegedly, personal data, clients' data, and financial data were exfiltrated.
Ransom deadline: 23rd Dec 24. pic.twitter.com/EX0UkDDTXU
Apa Itu Bashe?
Bashe adalah kelompok ransomware yang muncul sebagai ancaman baru pada tahun 2024. Sebelumnya, kelompok ini dikenal dengan nama APT73 atau Eraleig. Bashe memperkenalkan dirinya dengan pendekatan yang mirip dengan kelompok ransomware terkenal lainnya seperti LockBit. Dengan target negara maju dan sektor strategis, Bashe akan menjadi perhatian besar di kalangan pakar keamanan siber.
Kelompok ini menggunakan metode pemerasan ganda (double extortion), di mana mereka tidak hanya mengenkripsi data korban tetapi juga mengancam untuk mempublikasikan data sensitif jika tebusan tidak dibayar. Untuk melancarkan aksinya, Bashe mengoperasikan situs berbasis jaringan anonim Tor yang disebut Data Leak Site (DLS). Situs ini memungkinkan mereka mempublikasikan data korban tanpa terdeteksi.
Asal Usul Bashe
Bashe pertama kali terdeteksi pada pertengahan April 2024. Kelompok ini segera menarik perhatian karena mengidentifikasi diri sebagai Advanced Persistent Threat (APT). Sebutan ini biasanya digunakan oleh aktor siber yang sangat canggih, terorganisir, dan memiliki sumber daya besar. Namun, strategi pemasaran ini tampaknya digunakan Bashe untuk menegaskan kredibilitasnya sebagai ancaman serius dalam dunia ransomware.
Yang menarik, banyak pakar siber percaya bahwa Bashe memiliki hubungan erat dengan kelompok ransomware terkenal, LockBit. Dugaan ini didasarkan pada kemiripan struktur situs kebocoran data mereka, yang disebut Data Leak Site (DLS). DLS milik Bashe memiliki beberapa fitur identik dengan LockBit, seperti:
- “Hubungi Kami” untuk komunikasi dengan korban.
- “Cara Membeli Bitcoin” yang memberikan panduan pembayaran tebusan.
- “Bug Bounty Keamanan Web” yang mengundang laporan celah keamanan.
- “Mirrors” untuk menyediakan tautan alternatif jika situs utama diblokir.
Kelompok ini menjalankan operasinya melalui jaringan Tor, yang dikenal karena anonimitasnya. Infrastruktur mereka di-host di Republik Ceko menggunakan AS9009 ASN, sebuah jaringan yang sebelumnya digunakan oleh kelompok ransomware lain seperti DarkAngels, Vice Society, dan TrickBot. Langkah ini menunjukkan bahwa Bashe memanfaatkan infrastruktur yang sudah dikenal dan andal untuk menghindari deteksi.
Strategi dan Metode Operasi Bashe
Bashe tidak hanya mengandalkan perangkat lunak ransomware untuk mengenkripsi data korban, tetapi juga menggunakan ancaman pemerasan data. Mereka mencuri data sensitif milik korban dan mengancam akan mempublikasikannya di situs DLS mereka jika tebusan tidak dibayar. Strategi ini memberikan tekanan tambahan pada korban, terutama perusahaan yang memiliki data pelanggan atau informasi bisnis yang sangat penting.
Selain itu, penggunaan Tor dan hosting berbasis ASN membantu Bashe tetap tersembunyi dari radar penegak hukum dan perusahaan keamanan siber. Infrastruktur ini dirancang untuk mendukung anonimitas penuh, memungkinkan mereka beroperasi tanpa mudah dilacak.
Target Bashe: Negara dan Industri dengan Risiko Tinggi
Bashe menunjukkan fokus yang jelas pada negara maju dan sektor industri strategis. Langkah ini tidak hanya mencerminkan ambisi global mereka, tetapi juga menunjukkan perencanaan yang matang dalam memilih korban dengan potensi keuntungan besar.
Negara yang Disasar
Bashe telah menyerang organisasi di berbagai negara, termasuk:
- Amerika Utara
- Inggris
- Prancis
- Jerman
- India
- Australia
Negara-negara ini memiliki banyak organisasi yang menangani data bernilai tinggi, menjadikannya target ideal untuk pemerasan. Selain itu, mereka biasanya memiliki kemampuan finansial untuk membayar tebusan yang diminta.
Industri yang Disasar
Kelompok ransomware ini juga memilih sektor industri yang sangat penting dan bernilai tinggi, seperti:
- Teknologi: Industri ini menangani data inovasi dan proyek-proyek sensitif yang sangat berharga.
- Layanan Bisnis: Banyak perusahaan jasa bisnis mengelola data klien yang kritis.
- Manufaktur: Gangguan di sektor ini dapat menyebabkan kerugian besar secara ekonomi.
- Layanan Konsumen: Termasuk perusahaan yang menangani data pelanggan dalam jumlah besar.
- Layanan Keuangan: Data keuangan sangat sensitif dan rentan terhadap eksploitasi.
Selain itu, Bashe juga menargetkan sektor-sektor lain yang memiliki peran penting dalam perekonomian, seperti:
- Transportasi dan logistik: Dengan gangguan pada supply chain yang dapat menimbulkan kerugian besar.
- Kesehatan: Rumah sakit dan fasilitas kesehatan sering kali menangani data pasien yang sangat sensitif.
- Konstruksi: Proyek konstruksi besar melibatkan banyak data strategis dan kontrak bernilai tinggi.
Dengan menargetkan sektor-sektor ini, Bashe meningkatkan daya tawar mereka saat meminta tebusan. Korban sering kali merasa terpaksa untuk membayar demi melindungi data mereka dan menghindari dampak lebih besar, seperti hilangnya kepercayaan pelanggan atau kerugian finansial.
Korban Bashe: Statistik dan Dampaknya
Hingga saat ini, Bashe dilaporkan telah menyerang sekitar 35 korban. Jumlah ini mungkin tampak kecil dibandingkan kelompok ransomware besar lainnya, tetapi dampaknya tidak boleh diremehkan. Serangan ini menimbulkan kerugian finansial yang signifikan, hilangnya data penting, dan gangguan operasional yang serius bagi para korban.
Dalam beberapa kasus, organisasi yang menjadi korban ransomware harus mengeluarkan biaya besar untuk pemulihan, termasuk membayar tebusan, memperbaiki sistem keamanan, dan menangani dampak reputasi.
Bagaimana Mengatasi Ancaman Seperti Bashe?
Meningkatnya ancaman ransomware seperti Bashe menuntut organisasi untuk lebih waspada dan proaktif dalam melindungi sistem mereka. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil:
- Meningkatkan Kesadaran Keamanan
Pelatihan keamanan siber untuk karyawan sangat penting untuk mencegah serangan melalui email phishing atau celah keamanan lainnya. - Memperbarui Sistem Secara Berkala
Perangkat lunak dan sistem operasi harus selalu diperbarui untuk mengatasi celah keamanan yang dapat dimanfaatkan oleh ransomware. - Menggunakan Solusi Keamanan yang Kuat
Firewall, antivirus, dan solusi pemantauan jaringan dapat membantu mendeteksi dan mencegah aktivitas mencurigakan. - Menerapkan Kebijakan Cadangan Data
Membuat cadangan data secara rutin adalah langkah penting untuk memastikan data dapat dipulihkan tanpa membayar tebusan. - Mengadopsi Sistem Deteksi Ancaman
Sistem deteksi berbasis AI dapat membantu mengidentifikasi ancaman sebelum mereka menyebabkan kerusakan besar.
Kesimpulan
Bashe adalah contoh nyata bagaimana ransomware terus berevolusi dan menjadi ancaman yang lebih canggih. Dengan fokus pada negara maju dan sektor strategis, kelompok ini menunjukkan kemampuan perencanaan yang matang dan penggunaan teknologi untuk menyembunyikan jejak mereka.
Namun, dengan pendekatan keamanan yang tepat, organisasi dapat mengurangi risiko serangan ransomware. Edukasi, teknologi keamanan, dan kebijakan proaktif menjadi kunci untuk menghadapi ancaman seperti Bashe. Dalam dunia digital yang terus berkembang, perlindungan data menjadi prioritas utama bagi semua pihak.