Evolusi Ancaman APT: Menghadapi Serangan Canggih di Tahun 2025
- Rita Puspita Sari
- •
- 20 Des 2024 04.06 WIB
Ancaman siber berkembang dengan kecepatan luar biasa, dan kelompok Advanced Persistent Threat (APT) berdiri di garis depan evolusi ini. Dirancang untuk menyusup, bertahan lama, dan mencuri data sensitif, serangan APT kini menjadi ancaman utama bagi berbagai sektor, mulai dari pemerintahan hingga industri keuangan. Berdasarkan laporan prediksi ancaman tren siber 2025 oleh Fortinet, tahun 2024 telah menyaksikan gelombang serangan besar yang menunjukkan kecanggihan baru kelompok APT, menandai era baru ancaman siber yang lebih sulit dideteksi dan ditangkal.
Artikel ini akan membahas evolusi ancaman APT, contoh serangan terbaru, langkah-langkah yang dapat diambil organisasi untuk menghadapinya dan bagaimana tren ini diperkirakan akan terus berkembang di 2025.
Apa Itu APT dan Bagaimana Mereka Berevolusi?
Advanced Persistent Threat (APT) adalah serangan siber yang sangat terorganisir dan terencana, biasanya dilakukan oleh kelompok dengan dukungan negara atau sumber daya besar. Kelompok ini dikenal menggunakan teknik infiltrasi yang sangat halus untuk tetap berada di dalam sistem target tanpa terdeteksi selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.
Pada tahun-tahun sebelumnya, kelompok APT telah menggunakan teknik canggih seperti malware berbasis memori (memory-resident malware), serangan berbasis zero-day, dan infiltrasi jaringan yang melibatkan manipulasi perangkat keras. Contohnya, serangan Stuxnet pada 2010 mengungkap kemampuan APT untuk mengganggu infrastruktur fisik, sementara serangan terhadap Komite Nasional Demokrat pada 2016 menunjukkan ancaman terhadap entitas politik.
Namun, pada 2024, serangan-serangan ini berkembang lebih jauh dengan memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) dan otomatisasi tingkat lanjut untuk meningkatkan skala, kecepatan, dan efektivitas mereka.
Kelompok APT Terkenal dan Teknik Baru Mereka
Laporan terbaru mengungkapkan bahwa dari 143 kelompok APT yang diidentifikasi oleh MITRE, sekitar 27% masih aktif pada paruh kedua 2023. Beberapa kelompok yang menonjol antara lain:
- APT28 (Fancy Bear): Terkait dengan intelijen Rusia, kelompok ini kerap menargetkan entitas politik.
- Lazarus Group: Kelompok yang didukung Korea Utara ini dikenal fokus pada pencurian finansial dan serangan terhadap sektor kritis.
- APT41: Dikenal karena perpaduan antara spionase dan keuntungan finansial, kelompok ini sering menyesuaikan metode mereka untuk melewati deteksi keamanan.
Kelompok-kelompok ini menggunakan teknik baru seperti GrimResource yang memanfaatkan Remote AppDomain Injection untuk menyuntikkan kode berbahaya ke aplikasi terisolasi. APT29, misalnya, mengandalkan malware yang hanya berada di memori (memory-resident malware) sehingga tidak meninggalkan jejak pada disk, membuatnya sangat sulit dideteksi.
Evolusi TTP dan Pemanfaatan AI
TTP yang digunakan kelompok APT terus berkembang. Sebelumnya, mereka cenderung mengandalkan metode yang sudah terbukti efektif. Namun, kini mereka mengintegrasikan teknologi seperti AI untuk menciptakan metode baru dan melawan langkah-langkah keamanan yang diterapkan organisasi.
AI memungkinkan pelaku ancaman untuk:
- Mengotomatisasi serangan dalam skala besar.
- Mengidentifikasi celah keamanan dengan cepat.
- Menciptakan malware yang lebih cerdas dan sulit dideteksi.
Tren ini menunjukkan bahwa ancaman di masa depan tidak hanya lebih canggih, tetapi juga lebih terarah dan sulit dicegah.
Contoh Serangan APT Terbaru pada Tahun 2024
Berikut adalah tiga contoh serangan Advanced Persistent Threat (APT) yang terjadi pada tahun 2024:
- Serangan "Nearest Neighbor" oleh GruesomeLarch
Pada awal tahun 2024, kelompok APT Rusia yang dikenal sebagai GruesomeLarch (juga disebut APT28 atau Fancy Bear) melancarkan serangan inovatif dengan memanfaatkan jaringan Wi-Fi terdekat untuk mendapatkan akses ke jaringan target. Mereka terlebih dahulu mengkompromikan organisasi di sekitar target utama untuk mengakses perangkat yang terhubung ke jaringan Wi-Fi dan Ethernet secara bersamaan, memungkinkan mereka menyusup ke jaringan target tanpa berada di lokasi fisik yang sama.Metode Serangan:
- Pemanfaatan Jaringan Wi-Fi Terdekat: GruesomeLarch, dikenal juga sebagai Fancy Bear atau APT28, menggunakan teknik inovatif dengan memanfaatkan jaringan Wi-Fi di sekitar target utama.
- Bridge Network: Mereka mengkompromikan perangkat di organisasi tetangga yang terkoneksi ke jaringan Wi-Fi dan Ethernet secara bersamaan, menciptakan jembatan untuk menyusup ke jaringan target tanpa memerlukan akses fisik langsung.
- Eksploitasi Firmware: GruesomeLarch memodifikasi firmware perangkat jaringan untuk tetap bertahan meskipun sistem direstart, membuatnya lebih sulit dideteksi.
Dampak:
- Pencurian Data Sensitif: Data rahasia perusahaan, seperti rencana strategi bisnis dan laporan keuangan, bocor ke pihak ketiga.
- Disrupsi Operasional: Jaringan yang disusupi mengalami gangguan, memengaruhi produktivitas perusahaan.
- Ketegangan Politik: Serangan ini memperburuk hubungan diplomatik antara Rusia dan negara target, yang sebagian besar adalah negara Barat.
- Kampanye Sosial Engineering oleh Lazarus Group
Lazarus Group, kelompok APT yang berafiliasi dengan Korea Utara, meningkatkan serangan mereka dengan teknik rekayasa sosial canggih yang menargetkan pengembang dan pencari kerja di industri cryptocurrency, keamanan siber, dan perjudian online. Mereka menyamar sebagai perekrut atau kolega di platform seperti GitHub dan kemudian beralih ke komunikasi pribadi melalui WhatsApp untuk membangun kepercayaan sebelum melancarkan serangan.Metode Serangan:
- Teknik Rekayasa Sosial: Lazarus Group, kelompok APT yang berafiliasi dengan Korea Utara, memanfaatkan pendekatan personal untuk menargetkan pengembang perangkat lunak, pencari kerja, dan profesional di sektor cryptocurrency.
- Penyamaran sebagai Perekrut: Pelaku menyamar sebagai perekrut atau kolega terpercaya di platform seperti GitHub atau LinkedIn.
- Serangan Melalui WhatsApp: Setelah membangun kepercayaan di media sosial, komunikasi dilanjutkan melalui WhatsApp, di mana mereka mengirimkan dokumen berbahaya atau tautan phishing.
Dampak:
- Infeksi Malware: Perangkat korban terinfeksi malware canggih yang dirancang untuk mencuri informasi login dan dompet cryptocurrency.
- Kerugian Finansial: Pelaku berhasil mencuri aset cryptocurrency senilai jutaan dolar dari korban.
- Keamanan Data Rawan: Informasi pribadi para korban disalahgunakan untuk serangan lebih lanjut terhadap perusahaan mereka.
- Serangan terhadap Institut Riset Taiwan oleh APT41
Sebuah institut riset yang berafiliasi dengan pemerintah Taiwan menjadi target serangan siber yang diduga dilakukan oleh kelompok APT41, yang terkait dengan Tiongkok. Serangan ini dimulai sejak pertengahan Juli 2023 dan melibatkan penggunaan backdoor canggih seperti ShadowPad dan Cobalt Strike. Para penyerang berhasil mengakses beberapa host di jaringan target dan mengekstraksi dokumen sensitif. Mereka juga menggunakan teknik canggih untuk menghindari deteksi, seperti menghentikan aktivitas ketika mendeteksi pengguna lain di sistem.Metode Serangan:
- Penggunaan Backdoor Canggih: Kelompok APT41, yang berafiliasi dengan Tiongkok, menggunakan backdoor ShadowPad dan Cobalt Strike untuk menyusup ke jaringan institut riset di Taiwan.
- Teknik Penghindaran Deteksi: Penyerang menghindari deteksi dengan cara menghentikan aktivitas saat pengguna lain terdeteksi di sistem.
- Eksfiltrasi Data: Data penting, seperti hasil riset teknologi dan informasi strategis, diekstraksi secara bertahap untuk menghindari alarm.
Dampak:
- Kerugian Intelektual: Bocornya informasi riset yang dapat digunakan untuk keuntungan teknologi negara penyerang.
- Kerugian Ekonomi: Riset yang bocor mengakibatkan kerugian ekonomi bagi Taiwan karena kehilangan keunggulan kompetitif.
- Ancaman Berkelanjutan: Backdoor yang tertinggal memungkinkan penyerang melanjutkan aktivitas mereka di masa depan.
Serangan-serangan ini menekankan perlunya kewaspadaan dan peningkatan langkah-langkah keamanan siber untuk melindungi organisasi dari ancaman APT yang semakin canggih dan beragam.
Cara Menghadapi Ancaman APT yang Semakin Kompleks
Menghadapi ancaman APT memerlukan pendekatan yang proaktif dan berlapis. Berikut langkah-langkah yang dapat diambil:
- Melakukan perburuan ancaman secara proaktif
Organisasi harus aktif mencari tanda-tanda kompromi yang mungkin terlewatkan oleh sistem otomatis. Teknik ini melibatkan:- Analisis data besar.
- Deteksi anomali perilaku.
- Pengujian hipotesis untuk menemukan potensi serangan tersembunyi.
- Melapisi pertahanan keamanan mereka
Terapkan strategi defense-in-depth yang menggabungkan berbagai mekanisme keamanan sehingga jika satu lapisan pertahanan dilewati, lapisan lain dapat bertindak sebagai jaring pengaman. Idealnya, solusi-solusi ini harus terintegrasi dalam satu platform untuk berbagi pemeriksaan secara mulus antara sistem keamanan dan jaringan.Pendekatan berlapis sangat penting, termasuk:- Pemantauan jaringan yang terus-menerus.
- Keamanan endpoint yang diperbarui.
- Integrasi solusi keamanan dalam satu platform untuk respons cepat.
- Mengadopsi prinsip zero-trust
Selalu verifikasi identitas pengguna dan perangkat, bahkan di dalam perimeter jaringan. Model zero-trust meminimalkan kerusakan yang dapat dilakukan oleh penyerang jika mereka berhasil mendapatkan akses ke jaringan. - Mengintegrasikan intelijen ancaman
Gunakan intelijen ancaman terkini untuk tetap mendapatkan informasi tentang TTP baru dan memperbarui buku pedoman pertahanan. Hal ini membantu pembela memprediksi taktik baru dan menyesuaikan langkah-langkah keamanan yang ada. - Melakukan latihan red team secara rutin
Simulasi tim merah dan biru secara rutin dapat mengungkap kelemahan dalam pertahanan organisasi dan memberikan wawasan praktis tentang strategi bypass yang mungkin digunakan oleh penyerang.
Pendekatan adaptif dan berlapis ini, yang didukung oleh pembelajaran berkelanjutan dan adopsi teknologi keamanan terbaru, membantu organisasi tetap tangguh menghadapi lanskap ancaman yang terus berkembang.
Prediksi untuk Tahun 2025
Tahun 2025 diperkirakan akan menjadi tonggak baru dalam ancaman siber, dengan kelompok APT semakin memanfaatkan AI, otomatisasi, dan teknik inovatif lainnya. Meski ancaman kian kompleks, organisasi dapat bertahan dengan memperbarui strategi keamanan, menggunakan teknologi terkini, dan melatih staf secara berkelanjutan.
Keamanan siber di masa depan bergantung pada kemampuan kita untuk beradaptasi dengan cepat terhadap evolusi ancaman. Dengan pendekatan yang tepat, organisasi dapat melindungi aset mereka dari kelompok APT yang semakin canggih dan agresif.
Ancaman APT yang terus berevolusi menuntut organisasi untuk tidak hanya reaktif, tetapi juga proaktif dalam melindungi sistem mereka. Dengan teknologi keamanan yang terus diperbarui dan strategi yang terarah, kita dapat menghadapi ancaman APT dan memastikan keamanan di era digital yang semakin kompleks.