Cybertrend: Digitalisasi Tidak Lepas dari Data Science dan AI
- Arundati Swastika Waranggani
- •
- 01 Nov 2021 09.55 WIB
Masa pandemi COVID-19 yang masih berlangsung hingga saat ini telah mempercepat terjadinya transformasi digital di berbagai aspek. Hal ini kemudian juga mendorong perubahan perilaku masyarakat menuju pola hidup digital dalam melakukan interaksi dan aktivitas sehari-hari.
Maka dengan adanya potensi transformasi digital yang besar ini, Founder Cybertrend Nadia Alatas menilai bahwa transformasi digital yang terjadi tidak lepas dari perkembangan teknologi data science dan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Perusahaan yang bergerak di bidang AI dan Data Academy ini kemudian menyelenggarakan acara Cybertrend Data Summit 2021 yang mengusung judul Winning Back 2022 Through Leveraging Data Science & AI dalam rangka mendukung transformasi digital.
“Melalui Cybertrend Data Summit, kami berharap seluruh pelaku bisnis di berbagai lini industri dapat lebih memahami pentingnya teknologi, terutama di era digital seperti saat ini,” ujar Nadia salam keterangan resmi, melansir dari Republika, Senin (1/11/2021).
Menurut Nadia, kondisi pandemi saat ini merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi agar masyarakat dapat menciptakan strategi yang inovatif serta lebih produktif. Selain itu, masyarakat dan pelaku bisnis juga dapat memahami bahwa peran data science dan AI dapat memberikan pengaruh positif yang signifikan serta dapat mendukung interaksi dekat secara digital.
Sementara sejumlah sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) di Indonesia telah melakukan transformasi digital dalam proses produksinya. Penerapan teknologi industri 4.0 pada industri IKFT ini kemudian diyakini mampu mendongkrak kinerja dan daya saingnya.
“Kami terus mendorong sektor IKFT di Indonesia agar bisa memanfaatkan teknologi industri 4.0. Hal itu demi mendukung proses produksinya sehingga bisa menghasilkan berbagai produk yang berkualitas secara lebih efisien,” kata Direktur Jenderal IKFT Kementerian Perindustrian Muhammad Khayam dalam keterangan resminya.
Khayam pada acara Business Expo 2020 Dubai juga menyebut bahwa beberapa perusahaan di sektor IKFT telah mengimplementasikan berbagai teknologi digital, seperti internet of things (IoT), AI, cloud computing, nanotechnology, blockchain, hingga telemedicine.
“Kami akan mengarahkan sektor IKFT untuk segera mengadopsi teknologi industri 4.0 tanpa mengurangi tenaga kerja. Artinya, penggunaan teknologi yang akan didorong adalah yang dapat memecahkan bottleneck dalam proses produksi,” jelas Khayam.
Menurut Khayam, kemampuan sektor IKFT dalam melakukan implementasi industri 4.0 tidak perlu diragukan lagi. Hal ini pun tercermin dari semakin banyaknya sektor IKFT yang turut berpartisipasi dalam penilaian program Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0).
Kegiatan penilaian yang diinisiasi oleh Kemenperin ini dilakukan guna mengukur kesiapan perusahaan manufaktur di Indonesia dalam melakukan penerapan teknologi dari industri 4.0 dalam pengembangan produksi mereka.