On-Device Fraud dan Risiko Besar di Balik Kemudahan Bank Digital
- Rita Puspita Sari
- •
- 1 hari yang lalu
Ilustrasi Fraud di Perbankan
Transformasi digital telah mengubah cara masyarakat mengakses layanan perbankan dan keuangan. Transaksi yang sebelumnya membutuhkan waktu dan proses panjang kini dapat dilakukan hanya dengan beberapa sentuhan di layar ponsel. Namun, di balik kemudahan tersebut, muncul ancaman baru yang semakin serius, yaitu penipuan berbasis perangkat atau on-device fraud.
On-device fraud menjadi perhatian karena menyasar langsung perangkat digital milik pengguna, seperti smartphone atau tablet, yang selama ini dianggap aman oleh sistem perbankan. Ketika perangkat tersebut berhasil dikompromikan, pelaku kejahatan siber dapat memanfaatkan kepercayaan sistem untuk melakukan berbagai aksi ilegal tanpa terdeteksi.
Seiring berkembangnya teknologi, metode yang digunakan pelaku kejahatan siber juga semakin canggih. Mereka tidak lagi hanya menyerang sistem dari luar, tetapi mengeksploitasi celah keamanan di sisi pengguna. Kondisi ini mendorong bank dan lembaga keuangan untuk bersikap lebih proaktif serta mengadopsi teknologi keamanan yang lebih kuat guna melindungi nasabah.
Apa Itu On-Device Fraud dan Cara Kerjanya
On-device fraud adalah aktivitas penipuan yang dilakukan langsung melalui perangkat korban, tanpa perlu mengambil alih akun dari perangkat lain. Pelaku memanfaatkan fakta bahwa perangkat yang sudah terdaftar dan sering digunakan nasabah umumnya dipercaya oleh sistem.
Dengan menggunakan perangkat yang sama, pelaku dapat melewati proses verifikasi tambahan dan menghindari indikator risiko, seperti peringatan perangkat baru atau akses dari lokasi tidak biasa. Tujuan utamanya adalah mendapatkan akses tanpa izin, mencuri data sensitif, atau melakukan transaksi ilegal.
Modus yang digunakan beragam, mulai dari rekayasa sosial hingga penyalahgunaan fitur bawaan perangkat. Rekayasa sosial dilakukan dengan menipu korban agar memberikan informasi penting secara sukarela, misalnya melalui email, SMS, atau situs web palsu yang menyerupai layanan resmi.
Selain itu, fitur resmi seperti Accessibility Services pada Android juga kerap disalahgunakan. Jika korban memberikan izin tanpa memahami risikonya, pelaku dapat mengendalikan perangkat secara penuh, termasuk membaca SMS, memantau aktivitas layar, dan melakukan tindakan atas nama pengguna.
-
Pengambilalihan Akun lewat Device Takeover
Salah satu bentuk on-device fraud yang paling umum adalah Account Takeover (ATO) melalui metode Device Takeover. Dalam skema ini, pelaku menggunakan malware jenis Remote Access Trojan (RAT).RAT memungkinkan pelaku mengendalikan perangkat korban dari jarak jauh, mengirim perintah, serta mencuri data. Dengan akses tersebut, pelaku dapat membaca kode OTP dan menyetujui transaksi ilegal tanpa sepengetahuan pemilik rekening. Karena semua aktivitas dilakukan dari perangkat asli, sistem keamanan sering kali kesulitan membedakannya dari transaksi normal.
-
Automated Transfer System yang Sulit Dideteksi
Selain ATO, terdapat metode lain yang lebih canggih, yaitu Automated Transfer System (ATS). Berbeda dengan ATO, serangan ATS tidak memerlukan pengambilalihan akun secara langsung.Setelah malware terpasang, proses penipuan berjalan otomatis di latar belakang perangkat. Pengguna tetap menggunakan perangkatnya seperti biasa, namun transaksi telah dimanipulasi oleh malware. Cara ini memungkinkan pelaku melewati berbagai sistem keamanan, termasuk autentikasi dua faktor dan analisis perilaku.
Dari sisi skala, ATS lebih berbahaya karena dapat dijalankan secara massal tanpa campur tangan manusia. Namun, pengembangan malware ATS membutuhkan biaya besar dan keahlian tinggi.
Contoh Nyata: Ancaman Copybara
Salah satu contoh nyata on-device fraud adalah Copybara. Malware ini dirancang khusus untuk melakukan On-Device Fraud (ODF), termasuk menjalankan transfer dana ilegal langsung dari perangkat korban.
Kelompok pelaku di balik Copybara mengombinasikan teknik smishing (penipuan lewat SMS) dan vishing (penipuan lewat panggilan suara) dengan malware canggih. Dana hasil penipuan kemudian dialirkan ke jaringan rekening terorganisir yang dikenal sebagai money mule, sehingga sulit dilacak.
Meningkatnya kasus on-device fraud menunjukkan bahwa ancaman siber tidak lagi hanya berasal dari serangan eksternal, tetapi juga dari perangkat sah milik nasabah. Tantangan ini menuntut bank untuk memperkuat sistem keamanan sekaligus meningkatkan edukasi kepada pengguna.
Tanpa upaya pencegahan yang menyeluruh, on-device fraud berpotensi merusak kepercayaan masyarakat terhadap perbankan digital. Oleh karena itu, pemahaman yang baik mengenai modus, dampak, dan pencegahan menjadi langkah penting untuk menjaga keamanan dan keberlanjutan layanan keuangan di era digital.
Dampak Finansial yang Signifikan
Bagi nasabah individu, on-device fraud dapat berujung pada transaksi tidak sah, pencurian identitas, hingga saldo rekening yang terkuras. Kerugian ini tidak hanya berdampak pada kondisi keuangan, tetapi juga dapat mengganggu aktivitas dan stabilitas hidup sehari-hari. Proses pemulihan dana pun sering kali memakan waktu dan menimbulkan stres tambahan bagi korban.
Sementara itu, pelaku usaha dan lembaga keuangan menghadapi risiko yang tidak kalah besar. Kebocoran data nasabah atau terjadinya transaksi penipuan dapat menimbulkan kewajiban hukum, biaya investigasi, serta kebutuhan untuk memperbaiki sistem keamanan. Ditambah lagi, kerusakan reputasi akibat insiden keamanan dapat berdampak jangka panjang terhadap kepercayaan pelanggan.
-
Ancaman terhadap Kepercayaan Digital
Selain kerugian finansial, on-device fraud juga mengancam kepercayaan masyarakat terhadap layanan digital dan perbankan. Di era ketika perbankan online, e-commerce, dan pembayaran digital telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, keamanan menjadi faktor utama yang menentukan kepercayaan pengguna.Satu insiden penipuan saja dapat memicu keraguan besar terhadap keamanan sistem. Kasus on-device fraud sering kali membuat masyarakat merasa ragu untuk melakukan transaksi digital, bahkan mempertanyakan keandalan bank dan penyedia layanan keuangan. Jika kepercayaan ini terus menurun, adopsi teknologi keuangan baru pun berpotensi terhambat.
-
Konsekuensi Hukum dan Regulasi
Maraknya on-device fraud juga membawa konsekuensi serius dari sisi hukum dan regulasi. Bank dan penyedia layanan keuangan memiliki tanggung jawab besar dalam melindungi data pribadi nasabah serta menjaga keamanan transaksi. Kegagalan dalam menjalankan kewajiban ini dapat berujung pada sanksi dari regulator, denda, hingga tuntutan hukum.Kasus on-device fraud kerap mengungkap kelemahan sistem keamanan yang ada dan menimbulkan pertanyaan tentang efektivitas langkah pencegahan yang telah diterapkan. Oleh karena itu, penguatan kepatuhan terhadap regulasi dan standar keamanan menjadi hal yang tidak dapat diabaikan.
-
Dampak Psikologis bagi Korban
Dampak on-device fraud tidak hanya bersifat materi, tetapi juga psikologis. Korban penipuan sering kali merasakan kehilangan rasa aman, kepercayaan, dan kendali atas data pribadi mereka. Perasaan dilanggar dan dikhianati dapat memicu kecemasan, stres, bahkan paranoia.Trauma psikologis ini dapat berlangsung lama dan memengaruhi kualitas hidup korban, termasuk hubungan dengan keluarga dan lingkungan sekitar. Oleh sebab itu, penanganan kasus penipuan tidak hanya perlu berfokus pada pemulihan dana, tetapi juga pada dukungan emosional bagi korban.
Pentingnya Pencegahan Sejak Dini
Kompleksitas on-device fraud menjadikannya tantangan besar bagi bank dan layanan keuangan. Ancaman ini mencakup berbagai aspek, mulai dari finansial, kepercayaan, hukum, hingga psikologis. Menghadapi kondisi tersebut, pendekatan pencegahan yang menyeluruh menjadi kebutuhan utama.
Edukasi dan peningkatan kesadaran pengguna memegang peran penting, mengingat banyak serangan siber berhasil karena kelengahan manusia. Di sisi lain, penguatan sistem keamanan juga mutlak diperlukan. Saat ini, kejahatan siber telah berkembang menjadi industri terorganisir yang memanfaatkan malware canggih, bahkan didukung kecerdasan buatan.
Bank dan penyedia layanan keuangan perlu mengadopsi solusi keamanan yang mampu mendeteksi ancaman terbaru secara real-time, termasuk malware varian baru dan serangan zero-day. Dengan kombinasi edukasi, teknologi, dan manajemen risiko yang tepat, ancaman on-device fraud dapat ditekan, sekaligus menjaga kepercayaan masyarakat terhadap sistem keuangan digital.
