Peran dan Fungsi CSIRT dalam Menangani Ancaman Digital
- Pabila Syaftahan
- •
- 25 Jul 2024 13.46 WIB
Pada 18 Juli 2024, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) meluncurkan Tim Tanggap Insiden Siber atau Computer Security Incident Response Team (CSIRT) yang kini telah diperluas ke 18 kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah di Indonesia. Langkah ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk memperkuat pertahanan siber negara di tengah ancaman digital yang terus berkembang.
Menteri Komunikasi dan Informatika, Budi Arie Setiadi, menyampaikan bahwa kehadiran CSIRT sangat penting dalam menghadapi dan menangani serangan siber. Tim ini dirancang untuk menjadi garda terdepan dalam melawan berbagai bentuk ancaman digital yang bisa mengganggu keamanan informasi dan infrastruktur kritis.
Dalam kerangka Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 18 Tahun 2020 mengenai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, pemerintah telah menetapkan pembentukan 131 CSIRT sebagai salah satu proyek prioritas strategis. Langkah ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah untuk memperkuat keamanan siber nasional.
Fungsi utama dari CSIRT meliputi layanan reaktif dan proaktif. Layanan reaktif CSIRT mencakup koordinasi insiden, triase insiden, dan resolusi insiden. Ketika terjadi insiden siber, tim ini bertugas untuk menangani dan menyelesaikan masalah secara efisien dan efektif. Mereka juga berperan dalam mengidentifikasi dan mengklasifikasikan insiden yang terjadi untuk mengambil tindakan yang tepat.
Selain itu, CSIRT juga memberikan layanan proaktif yang sangat penting. Salah satu fungsi utama mereka adalah mempublikasikan informasi terkait kerawanan, keamanan, dan tren teknologi terbaru. Ini termasuk memberikan wawasan tentang potensi ancaman dan kelemahan yang dapat dieksploitasi oleh pelaku kejahatan siber. Tim ini juga melakukan audit keamanan informasi untuk memastikan bahwa sistem dan data terlindungi dengan baik.
Lebih lanjut, CSIRT berperan dalam peningkatan kualitas keamanan siber melalui berbagai kegiatan seperti bimbingan teknis, workshop, dan cyber drill test. Melalui pelatihan dan simulasi ini, tim dapat meningkatkan kesiapsiagaan dan respons dalam menghadapi ancaman siber, serta memastikan bahwa semua pihak yang terlibat memahami dan dapat mengimplementasikan langkah-langkah keamanan yang efektif.
Menteri Budi Arie Setiadi menjelaskan bahwa implementasi keamanan siber yang baik dapat membantu mengantisipasi serangan siber dengan memberikan perlindungan terhadap ancaman pencurian dan kebocoran data. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan dari stakeholder serta mendorong investasi lebih lanjut dalam sektor digital. Dengan sistem pertahanan siber yang kuat, pemerintah berharap dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi pengguna dan pelaku bisnis.
Namun, Menteri Budi juga mencatat bahwa meskipun langkah-langkah ini sangat penting, tantangan tetap ada. Ancaman siber terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi baru, yang membuat keamanan siber menjadi semakin kompleks. Selain itu, rendahnya pemahaman pengguna tentang pentingnya keamanan siber dan keterbatasan talenta di bidang ini juga menjadi tantangan yang harus dihadapi.
"Penting untuk menyadari bahwa ancaman siber tidak hanya berkembang dari teknologi yang ada, tetapi juga dari kekurangan pengetahuan dan keterampilan di bidang ini. Kita perlu terus berupaya untuk meningkatkan pemahaman dan keahlian dalam keamanan siber agar dapat melawan ancaman dengan lebih efektif," ujar Budi dalam keterangan pers yang dikutip dariCNBC Indonesia pada Kamis (25/7/2024).
Dengan peluncuran CSIRT ini, diharapkan Indonesia dapat mengembangkan kapasitasnya dalam menghadapi ancaman siber, melindungi data dan sistem yang vital, serta menciptakan ekosistem digital yang lebih aman dan terpercaya. Langkah ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan untuk meningkatkan ketahanan siber nasional dan memastikan bahwa teknologi informasi digunakan dengan aman dan efektif.