Malware Pencuri Kripto di Google Play Raup Rp1,1 Miliar
- Muhammad Bachtiar Nur Fa'izi
- •
- 10 Okt 2024 22.10 WIB
Check Point Research (CPR) baru-baru ini mengungkap aplikasi penguras kripto seluler pertama yang ditemukan di Google Play. Aplikasi berbahaya ini menyamar sebagai alat WalletConnect yang sah, memanfaatkan popularitas aset digital dan secara langsung menargetkan pengguna perangkat seluler.
Selama lima bulan, aplikasi ini berhasil diunduh lebih dari 10.000 kali dan mencuri sekitar USD 70.000 atau sekitar Rp1,1 miliar dari para korban yang tidak curiga. Ini merupakan pertama kalinya aplikasi penguras kripto secara eksklusif ditujukan untuk pengguna perangkat seluler, menggunakan taktik rekayasa sosial dan teknik penghindaran canggih untuk lolos dari deteksi.
Pengungkapan ini menandai kemajuan signifikan dalam strategi yang digunakan oleh penjahat dunia maya, terutama dalam ekosistem keuangan terdesentralisasi yang semakin berkembang. Penguras kripto adalah sejenis malware yang dirancang khusus untuk mencuri aset digital, dan telah menjadi alat favorit di kalangan penjahat siber. Mereka biasanya menggunakan situs web atau aplikasi phishing yang meniru platform cryptocurrency asli. Dengan semakin populernya aset digital, ancaman ini juga berkembang pesat, memaksa para penyerang untuk menemukan cara baru agar dapat mengatasi langkah-langkah keamanan tradisional.
Aplikasi WalletConnect berbahaya yang diidentifikasi oleh CPR memanfaatkan rekayasa sosial yang canggih dan manipulasi teknis untuk menipu pengguna agar percaya bahwa aplikasi ini adalah alat yang aman dan diperlukan untuk menghubungkan dompet kripto mereka ke aplikasi Web3. Dengan lebih dari 10.000 unduhan, aplikasi tersebut berhasil mencuri sekitar USD 70.000 dari setidaknya 150 korban. Sebagian besar dana yang dicuri tetap berada di dompet penyerang, menunjukkan bahwa aktivitas kriminal ini masih berlangsung.
Salah satu faktor yang membuat aplikasi ini sulit dideteksi adalah ulasan positif palsu yang ditinggalkan oleh para penyerang. Mereka menggunakan taktik penghindaran modern untuk tetap tidak terdeteksi di Google Play selama hampir lima bulan. Penyerang juga menggunakan strategi untuk memanipulasi peringkat aplikasi, sehingga aplikasi berbahaya ini terus muncul di peringkat teratas hasil pencarian. Hal ini membuat korban lebih mudah tertipu karena mereka mengira aplikasi tersebut terpercaya.
Penyerang dengan cerdik memanfaatkan kerumitan protokol WalletConnect yang sah, menggunakan nama protokol yang terpercaya ini untuk menipu pengguna. Mereka bermain dengan kebingungan pengguna terkait cara menghubungkan dompet cryptocurrency dengan aplikasi desentralisasi, membuat aplikasi palsu ini tampak seperti solusi aman. Begitu diinstal, aplikasi tersebut meminta pengguna untuk menghubungkan dompet mereka, kemudian mengarahkan mereka ke situs web berbahaya yang dirancang untuk mengeksekusi transaksi tidak sah. Aplikasi ini mampu menguras aset digital pengguna, termasuk token berharga, dengan cerdik menghindari deteksi langsung.
Proses pencurian aset ini dilakukan di berbagai jaringan blockchain, memungkinkan penyerang untuk secara sistematis merampok aset dari korbannya. "Insiden ini menjadi peringatan bagi seluruh komunitas aset digital," kata Alexander Chailytko, Manajer Keamanan Siber, Riset, dan Inovasi di Check Point Software Technologies. Ia menambahkan bahwa munculnya aplikasi penguras kripto seluler pertama di Google Play menunjukkan eskalasi serius dalam taktik yang digunakan oleh penjahat siber. Hal ini juga mengindikasikan perubahan lanskap ancaman dunia maya yang terus berkembang dalam keuangan terdesentralisasi.
Penelitian ini menyoroti pentingnya solusi keamanan berbasis AI yang canggih untuk mendeteksi dan mencegah ancaman yang lebih kompleks. Menurut Chailytko, sangat penting bagi pengguna dan pengembang untuk terus waspada serta mengambil tindakan proaktif guna melindungi aset digital mereka. Meskipun keamanan dompet cryptocurrency semakin kuat dan kesadaran pengguna mengenai bahaya semakin meningkat, penjahat dunia maya terus menemukan cara yang lebih canggih untuk menipu pengguna dan melewati sistem keamanan yang ada.
Penguras kripto telah menjadi metode populer bagi penyerang karena efektivitasnya dalam mencuri aset digital. Dengan menggunakan situs web phishing atau aplikasi yang meniru platform cryptocurrency asli, penyerang berhasil membodohi pengguna untuk menyetujui transaksi tidak sah. Hal ini memungkinkan penguras untuk melakukan transfer aset ke dompet mereka sendiri.
WalletConnect sendiri adalah protokol sumber terbuka yang menghubungkan aplikasi desentralisasi (dApps) dan dompet cryptocurrency dengan cara yang aman. Protokol ini dirancang untuk menyederhanakan pengalaman pengguna ketika menghubungkan dApps dengan dompet mereka. Namun, proses ini tidak selalu berjalan lancar karena beberapa dompet tidak mendukung WalletConnect atau pengguna mungkin belum memperbarui versi terbaru. Penyerang memanfaatkan situasi ini dengan menciptakan aplikasi WalletConnect palsu di Google Play, menipu pengguna agar mengira itu adalah solusi yang sah.
Kasus ini menjadi pengingat bagi para pengguna bahwa di balik kemajuan teknologi, ancaman keamanan juga terus berkembang. Tetap waspada dan berhati-hati saat menggunakan aplikasi terkait aset digital menjadi langkah penting untuk melindungi diri dari ancaman siber.