SMERU Research Institute : Big Data Bisa Optimalkan Program JKN
- Natalia Putri Ninda Budi
- •
- 30 Okt 2020 10.42 WIB
SMERU Research Institute mengungkapkan bahwa big data dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas serta optimalisasi program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Hal ini diungkapkan dalam hasil riset dan diskusi virtual bertajuk Menjamin "Kesehatan" Jaminan Kesehatan Nasional, Selasa (20/10/2020).
Peneliti SMERU, Nurmala Selly Saputri mengatakan bahwa setidaknya terdapat 2 poin dalam ekosistem big data, terutama prinsip Know Your Customer (KYC) yang bisa bermanfaat bagi program JKN.
"Pertama, untuk mengetahui latar belakang klien atau dalam hal ini peserta BPJS Kesehatan untuk melihat karakteristik kesehatannya dan menyiapkan apa yang dia butuhkan di masa depan," ujar Selly.
Kedua, big data dapat digunakan untuk memonitoring aktivitas kesehatan peserta BPJS seperti riwayat dan keadaannya selama berkunjung ke rumah sakit. Selly pun menambahkan, efektivitas big data juga dapat mendongkrak efisiensi BPJS Kesehatan melalui kendali biaya.
"Karena dalam konteks big data untuk peningkatan kualitas pelayanan, riset menujukkan channel-nya ada tiga, yaitu, memungkinkan diagnosis dini dan pencegahan penyakit, meningkatkan kualitas dan efektivitas pengobatan, serta meningkatkan keselamatan pasien," kata Selly.
Penerapan ini juga memberikan tantangan pada program JKN, terutama mengenai advanced analytics. Hal ini karena dalam big data sendiri terdapat tingkatan, seperti lapis pertama yaitu data manajemen, kemudian lapis kedua yaitu business intelligence mencakup performance management dan basic report.
Lapis ketigaa dalah lapisan dengan tingkat kesulitan tertinggi, yaitu advanced analytics. Lapisan ini mencakup kemampuan perspektif dan prediktif yang berguna sebagai pertimbangan untuk pengambilan keputusan.
"Dari yang saya amati, apa yang sedang diupayakan BPJS Kesehatan masih ada di dua kotak awal, baru mau menginjak ke kemampuan prediktif dan perspektif," ujar Selly.
Pasalnya, dari kumpulan data klaim, data rekam medis, serta aplikasi e-health yang memiliki potensi untuk diintegrasikan dalam waktu yang dekat harus tetap dilengkapi dengan rekam medis paper based yang belum terintegrasi antar fasilitas kesehatan, serta infrastruktur dan regulasi yang tepat.
Harapannya, big data dapat mencegah potensi fraud. Hal ini karena program JKN terbilang memiliki kompleksitas yang tinggi serta menghabiskan dana cukup besar. Oleh karena itu, SMERU menyarankan adanya road map pemanfaatan big data, peningkatan kualitas dan keamanan data, data maturity, etik, serta kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni.
"Jalannya masih panjang, tapi singkatnya ekosistem big data harus diawali dengan peta jalan pengembangan yang jelas, kerja sama lintas sektor antara pemerintah dan swasta, memastikan regulasi keamanan dan penggunaan data, serta menyiapkan SDM," tutup Selly.