Apa itu Cyber Espionage? Pengertian dan Contoh Kasusnya
- Rita Puspita Sari
- •
- 13 Agt 2024 21.33 WIB
Kemajuan teknologi telah membawa banyak manfaat bagi kehidupan manusia, mulai dari kemudahan komunikasi, peningkatan efisiensi kerja, hingga terciptanya inovasi-inovasi baru di berbagai sektor. Namun, dibalik semua kemajuan tersebut, ada sisi gelap yang tidak bisa diabaikan, yaitu peningkatan kejahatan siber. Salah satu bentuk kejahatan siber yang semakin menjadi perhatian dunia adalah cyber espionage atau spionase siber.
Apa itu Cyber Espionage?
Cyber espionage adalah tindakan pengintaian atau spionase yang dilakukan di dunia maya dengan tujuan mencuri informasi penting dari target tertentu, seperti perusahaan, lembaga pemerintahan, atau individu yang memiliki nilai strategis. Informasi yang dicuri ini kemudian dimanfaatkan untuk keuntungan ekonomi, politik, atau militer oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Berbeda dengan kejahatan siber lainnya yang biasanya bertujuan untuk merusak atau mengacaukan, cyber espionage lebih berfokus pada pengumpulan data secara diam-diam tanpa diketahui oleh korban.
Para pelaku cyber espionage sering kali menggunakan teknik yang dikenal sebagai Advanced Persistent Threats (APTs). APTs adalah serangan siber yang dilakukan secara bertahap dan bertahan dalam jangka waktu lama, di mana peretas berusaha masuk ke dalam sistem jaringan target tanpa terdeteksi selama bertahun-tahun. Tujuan utama dari serangan ini adalah untuk mendapatkan akses ke informasi sensitif yang kemudian dapat dieksploitasi.
Tahapan Proses Cyber Espionage
Cyber espionage bukanlah aksi yang dilakukan secara instan, melainkan melalui beberapa tahapan yang direncanakan dengan matang. Berikut adalah tahapan-tahapan yang biasanya dilalui oleh para peretas dalam melakukan spionase siber:
- Footprinting atau Pencarian Data: Tahap awal dalam serangan cyber espionage adalah pencarian data atau footprinting. Di tahap ini, peretas akan mengidentifikasi sistem yang dapat disusupi dengan melakukan pengumpulan informasi tentang target. Mereka akan menentukan ruang lingkup serangan, menyeleksi jaringan yang akan diserang, dan memetakan jaringan tersebut.
- Scanning atau Pemilihan Sasaran: Setelah mengumpulkan informasi, peretas akan mulai melakukan scanning atau pemindaian terhadap sistem target untuk mencari celah atau kelemahan yang dapat dimanfaatkan. Celah-celah ini bisa berupa sistem keamanan yang lemah atau konfigurasi yang salah.
- Enumerasi / Pencarian Data Sasaran: Pada tahap ini, peretas akan mencari informasi lebih mendalam tentang sistem target, seperti nama akun yang valid dan sumber daya yang bisa diakses. Proses ini sudah mulai bersifat intrusif, di mana peretas secara aktif mencoba mengganggu atau merusak sistem.
- Gaining Access: Setelah menemukan celah, peretas akan mencoba mendapatkan akses ke sistem sebagai pengguna biasa. Akses ini digunakan sebagai langkah awal untuk masuk lebih dalam ke dalam jaringan.
- Escalating Privilege: Pada tahap ini, peretas akan mencoba meningkatkan hak aksesnya dari pengguna biasa menjadi administrator atau root. Dengan hak akses ini, peretas dapat mengakses informasi yang lebih luas dan sensitif.
- Memata-matai Data: Setelah berhasil mendapatkan akses administrator, peretas akan mulai mengumpulkan informasi atau data penting yang menjadi target spionase. Proses ini bisa berlangsung lama dan dilakukan secara diam-diam.
- Membuat Backdoor dan Menghilangkan Jejak: Setelah mendapatkan informasi yang diinginkan, peretas biasanya akan meninggalkan backdoor atau pintu belakang di sistem target. Backdoor ini akan memungkinkan mereka untuk masuk kembali ke sistem di kemudian hari tanpa terdeteksi. Selain itu, peretas juga akan berusaha menghilangkan jejak mereka untuk mengurangi kemungkinan terdeteksi oleh sistem keamanan.
Target Umum Cyber Espionage
Tidak semua pihak menjadi target dari cyber espionage. Umumnya, serangan ini ditujukan kepada pihak-pihak yang memiliki aset data yang sangat berharga. Berikut adalah beberapa target umum dari spionase siber:
- Perusahaan Besar: Perusahaan besar yang memiliki inovasi teknologi, rahasia dagang, atau data pelanggan yang bernilai tinggi sering menjadi target utama. Peretas dapat mencuri informasi ini untuk dijual kepada pesaing atau digunakan untuk merugikan perusahaan.
- Lembaga Pemerintahan: Lembaga pemerintah, terutama yang berhubungan dengan keamanan nasional, seringkali menjadi target cyber espionage. Informasi yang dicuri bisa berupa strategi militer, kebijakan luar negeri, atau intelijen yang dapat digunakan untuk kepentingan negara lain.
- Organisasi Internasional: Organisasi internasional yang memiliki data penting tentang isu-isu global, seperti lingkungan, kesehatan, atau perdagangan, juga berpotensi menjadi target. Informasi ini dapat dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk mempengaruhi keputusan global.
- Individu dengan Profil Tinggi: Selain organisasi dan perusahaan, individu dengan profil tinggi seperti politisi, pejabat pemerintah, eksekutif bisnis, dan selebriti juga bisa menjadi target cyber espionage. Data pribadi mereka dapat digunakan untuk memeras atau mempengaruhi keputusan mereka.
Jenis Data yang Diincar
Para pelaku cyber espionage umumnya mengincar jenis data tertentu yang dianggap memiliki nilai tinggi. Berikut adalah beberapa jenis data yang sering menjadi target:
- Data Penelitian & Pengembangan (R&D) Data terkait penelitian dan pengembangan sangat berharga, terutama di industri teknologi dan farmasi. Pencurian data ini dapat mengakibatkan kerugian miliaran dolar bagi perusahaan yang menjadi target.
- Data Penelitian Akademis Hasil penelitian akademis, terutama yang memiliki potensi aplikasi komersial, juga sering menjadi target. Informasi ini bisa digunakan untuk mempercepat pengembangan teknologi di negara lain atau oleh pesaing.
- Hak Kekayaan Intelektual Blueprint produk, formula, atau paten yang belum dipublikasikan merupakan target utama karena bisa digunakan untuk menciptakan produk tiruan atau inovasi yang melampaui penemuan asli.
- Informasi Keuangan Data keuangan seperti gaji, bonus, dan informasi pengeluaran organisasi dapat digunakan untuk mengidentifikasi kelemahan finansial atau untuk melakukan pemerasan.
- Daftar Pelanggan dan Struktur Pembayaran Informasi ini sangat berharga karena dapat digunakan untuk menyerang basis pelanggan sebuah perusahaan atau untuk melakukan penipuan skala besar.
- Tujuan Bisnis dan Rencana Strategis Data ini dapat memberikan pesaing wawasan tentang langkah-langkah yang akan diambil oleh perusahaan, sehingga mereka bisa merespons dengan lebih cepat dan efektif.
- Strategi Politik dan Afiliasi Di dunia politik, mengetahui strategi dan afiliasi seseorang bisa memberikan keuntungan besar dalam kampanye atau negosiasi.
- Intelijen Militer Informasi mengenai rencana militer, pergerakan pasukan, atau teknologi pertahanan adalah target utama dalam cyber espionage yang didukung oleh negara.
Kasus-Kasus Spionase Siber yang Mendunia
Kasus cyber espionage telah terjadi di berbagai belahan dunia dengan dampak yang signifikan. Beberapa kasus terkenal yang mengilustrasikan bahaya spionase siber antara lain:
1. Operasi Aurora (2009)
Operasi Aurora adalah salah satu kasus spionase dunia maya yang terkenal. Pertama kali dilaporkan oleh Google pada tahun 2009, serangan ini menargetkan pemegang akun Gmail tertentu, terutama para aktivis HAM di China. Setelah serangan ini terungkap, sekitar 20 perusahaan ternama lainnya, termasuk Adobe dan Yahoo, juga mengakui bahwa mereka menjadi korban dari serangan tersebut.
Menurut riset dari McAfee, “Aurora” merupakan bagian dari file path pada mesin attacker yang digunakan dalam dua binari malware terkait serangan ini. Tujuan utama serangan ini adalah untuk mendapatkan akses dan memodifikasi repositori source code perusahaan-perusahaan besar tersebut. Operasi Aurora menjadi contoh betapa rentannya perusahaan besar terhadap serangan siber yang terorganisir.
2. Spionase Terhadap Barack Obama dan John McCain (2008)
Pada tahun 2008, saat kampanye presiden AS, kedua kandidat presiden saat itu, John McCain dan Barack Obama, menjadi target serangan cyber espionage. Diduga, peretas dari China atau Rusia memasang spyware di komputer kedua kandidat tersebut dan mencuri data sensitif terkait kebijakan luar negeri AS. Pada awalnya, serangan ini dianggap sebagai virus komputer biasa, tetapi kemudian para ahli teknologi menemukan bahwa ada kebocoran file dalam jumlah yang sangat besar, yang diduga terkait dengan kebijakan strategis.
3. Titan Rain (2003-2007)
Titan Rain adalah nama yang diberikan oleh pemerintah AS untuk menggambarkan serangan cyber espionage yang terjadi antara tahun 2003 hingga 2007. Serangan ini diduga dilakukan oleh peretas militer China yang menargetkan komputer-komputer pemerintah AS, termasuk pertahanan Inggris dan kementerian luar negeri. Titan Rain dianggap sebagai salah satu kasus pertama spionase siber yang melibatkan campur tangan negara secara langsung. Para peretas berhasil menembus jaringan komputer pemerintah dan mencoba mencuri informasi sebanyak mungkin dengan menggunakan metode yang canggih pada masanya.
4. Serangan Terhadap Sony Pictures (2014)
Pada tahun 2014, Sony Pictures mengalami serangan cyber yang menyebabkan kebocoran data sensitif, termasuk rancangan film, data keuangan, dan email pegawai. Serangan ini diduga dilakukan oleh Korea Utara sebagai bentuk pembalasan terhadap film tertentu yang dianggap menghina negara tersebut. Akibat dari serangan ini, Sony Pictures mengalami kerugian finansial yang besar dan reputasinya pun tercoreng.
5. Pencurian Data Pemerintah AS oleh China (2015)
Pada tahun 2015, pemerintah Amerika Serikat menjadi korban cyber espionage yang diduga dilakukan oleh kelompok peretas APT 10 yang berasal dari China. Serangan ini berhasil mencuri data karyawan pemerintah serta informasi keamanan nasional. Pencurian data ini menimbulkan kekhawatiran besar akan kerahasiaan data pemerintah AS, sekaligus memperburuk hubungan antara AS dan China.
6. Serangan terhadap WADA (2016)
Agensi Anti Doping Dunia (WADA) menjadi target serangan cyber espionage pada tahun 2016. Serangan ini menyebabkan bocornya informasi atlet yang terlibat dalam kasus doping. Diduga, peretas dari Rusia berada di balik serangan ini dengan tujuan untuk menunjukkan ketidakadilan dalam olahraga internasional. Kasus ini menimbulkan keributan di dunia olahraga, terutama karena menyangkut integritas kompetisi olahraga internasional.
7. Kebocoran Data di Universitas Melbourne (2018)
Pada tahun 2018, Universitas Melbourne di Australia mengalami kebocoran informasi akademik dan data pribadi staf serta mahasiswa. Insiden ini menunjukkan bahwa institusi pendidikan pun tidak luput dari ancaman cyber espionage. Kebocoran data ini memberikan pelajaran penting tentang pentingnya perlindungan data di lembaga pendidikan, terutama yang memiliki informasi sensitif terkait penelitian dan inovasi.
Cara Mencegah Cyber Espionage
Cyber espionage adalah ancaman serius yang bisa menimpa siapa saja, mulai dari individu hingga organisasi besar. Oleh karena itu, penting untuk mengambil langkah-langkah pencegahan agar data penting tetap aman. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah spionase siber:
- Mengenali Teknik yang Digunakan dalam Serangan Cyber Espionage
Langkah pertama dalam menghadapi cyber espionage adalah memahami dan mengenali teknik-teknik yang sering digunakan oleh pelaku. Serangan ini seringkali melibatkan metode yang sangat canggih, seperti spear-phishing, exploit zero-day, dan malware khusus yang dirancang untuk menyusup ke dalam sistem dan mencuri informasi. Dengan pengetahuan ini, perusahaan dapat lebih waspada dan melakukan pencegahan yang tepat untuk meminimalkan risiko.
- Memantau Sistem secara Real-Time
Penting untuk selalu memantau sistem perusahaan dengan menggunakan security monitoring tools yang andal. Alat-alat ini dapat mendeteksi aktivitas yang tidak biasa atau mencurigakan yang bisa menjadi indikasi adanya serangan. Dengan pemantauan secara real-time, perusahaan dapat segera merespons ancaman sebelum mereka berhasil mengeksploitasi celah dalam sistem.
- Melindungi dan Memperbarui Infrastruktur Penting
Infrastruktur yang penting seperti server, jaringan, dan sistem komunikasi harus selalu dilindungi dan diperbarui secara berkala. Pembaruan ini penting untuk menutup celah keamanan yang mungkin muncul seiring waktu. Mengabaikan pembaruan dapat membuka peluang bagi pelaku cyber espionage untuk menyusup melalui celah yang ada.
- Menetapkan Kebijakan Data yang Ketat
Kebijakan data yang jelas dan ketat harus diterapkan diseluruh perusahaan. Hal ini mencakup penetapan siapa saja yang memiliki akses terhadap informasi tertentu. Dengan membatasi akses hanya kepada mereka yang benar-benar membutuhkan, perusahaan dapat mengurangi risiko kebocoran data akibat spionase siber.
- Mengamankan Sistem Pihak Ketiga
Selain mengamankan sistem internal, perusahaan juga perlu memastikan bahwa software atau layanan pihak ketiga yang digunakan dalam operasionalnya aman. Kerentanan dalam software pihak ketiga dapat menjadi pintu masuk bagi serangan cyber espionage. Oleh karena itu, pastikan software tersebut selalu diperbarui dan aman untuk digunakan.
- Menerapkan Kebijakan Cyber Security yang Komprehensif
Kebijakan cyber security yang mencakup prosedur keamanan dan risiko yang mungkin dihadapi harus menjadi bagian integral dari operasi perusahaan. Kebijakan ini harus mencakup berbagai aspek seperti penggunaan perangkat, pengelolaan data, dan tindakan yang harus diambil jika terjadi insiden keamanan.
- Memiliki Respons Insiden yang Cepat dan Efektif
Tidak peduli seberapa baik sistem keamanan yang diterapkan, serangan mungkin tetap terjadi. Oleh karena itu, perusahaan harus memiliki rencana respons insiden yang cepat dan efektif. Ini termasuk langkah-langkah yang harus diambil segera setelah serangan terdeteksi untuk meminimalkan dampak dan memastikan pemulihan yang cepat.
- Edukasi Karyawan tentang Keamanan Siber
Karyawan adalah garis depan dalam pertahanan terhadap serangan cyber espionage. Oleh karena itu, penting untuk terus mendidik mereka tentang kebijakan keamanan yang ada, termasuk cara mengenali dan menghindari email phishing yang mungkin digunakan untuk menyusup ke sistem perusahaan.
- Mengganti Password Secara Berkala
Mengubah password secara berkala adalah langkah sederhana namun efektif dalam mencegah akses tidak sah ke sistem perusahaan. Password yang kuat dan sering diganti dapat menjadi penghalang bagi pelaku spionase siber yang mencoba mengakses data penting.
- Mengelola Keamanan Perangkat Seluler
Perangkat seluler sering kali menjadi target empuk bagi pelaku cyber espionage karena sering digunakan untuk mengakses data perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus menetapkan kebijakan yang mengatur data apa saja yang dapat disimpan atau diakses melalui perangkat seluler. Selain itu, pastikan perangkat tersebut dilengkapi dengan perlindungan yang memadai.