Serangan Siber Lumpuhkan Sistem Check-in Bandara Eropa
- Rita Puspita Sari
- •
- 3 jam yang lalu

Ilustrasi Bandara
Sejumlah bandara besar di Eropa mengalami kekacauan setelah sistem check-in otomatis dan boarding milik penyedia layanan teknologi penerbangan menjadi sasaran serangan siber. Insiden yang terjadi pada Jumat (19/9/2025) itu memicu keterlambatan hingga pembatalan penerbangan, memengaruhi ribuan penumpang, dan menimbulkan kekhawatiran baru mengenai keamanan digital sektor penerbangan.
Ransomware Jadi Senjata Utama
Badan Keamanan Siber Uni Eropa (ENISA) mengonfirmasi bahwa kelompok kriminal diduga berada di balik serangan tersebut. Mereka menggunakan ransomware, sejenis perangkat lunak berbahaya yang mengunci atau mengenkripsi sistem hingga tidak bisa diakses, kecuali korban membayar tebusan—biasanya dalam bentuk mata uang kripto seperti bitcoin.
“Jenis ransomware telah diidentifikasi. Penegak hukum saat ini sedang terlibat dalam penyelidikan,” ungkap ENISA dalam pernyataan resmi yang dikutip dari Reuters.
Serangan ini menargetkan penyedia sistem pihak ketiga, bukan maskapai atau bandara secara langsung. Collins Aerospace, perusahaan yang memasok perangkat lunak check-in mandiri dan sistem boarding untuk berbagai maskapai global, mengonfirmasi bahwa perangkat lunak MUSE (Multi-User System Environment) terkena dampak.
Bandara Besar Eropa Terdampak
Beberapa bandara tersibuk di Eropa, seperti Bandara Heathrow London, Inggris, dan Bandara Brussels, Belgia, termasuk yang paling parah terdampak. Proses check-in digital lumpuh sehingga staf harus kembali melakukan pemeriksaan penumpang secara manual.
Heathrow bahkan mengerahkan tambahan staf di konter untuk membantu penumpang sekaligus memperingatkan adanya potensi keterlambatan. Penumpang pun diminta selalu memantau status penerbangan melalui aplikasi atau situs resmi maskapai.
Sementara itu, Bandara Berlin di Jerman mengeluarkan imbauan khusus kepada calon penumpang untuk datang lebih awal. “Kami sedang mengupayakan solusi cepat,” tulis otoritas bandara dalam keterangan resminya.
Dampak Serius Bagi Penumpang
Gangguan teknis akibat serangan ini memicu efek berantai. Proses check-in yang kembali dilakukan manual memperpanjang antrean, meningkatkan risiko kehilangan bagasi, hingga menyebabkan sejumlah penerbangan dibatalkan.
Menurut laporan media lokal, banyak penumpang yang merasa frustrasi karena harus menunggu berjam-jam hanya untuk mendapatkan boarding pass. Situasi ini juga memperburuk jadwal penerbangan lanjutan (connecting flights), sehingga ribuan orang berpotensi terlambat mencapai tujuan.
Analisis Ahli: Serangan Sangat Cerdik
Para ahli menilai serangan ini menunjukkan kecerdikan para pelaku. Paul Charles, analis perjalanan yang diwawancarai Sky News, menyebut kasus ini sebagai “salah satu serangan siber paling serius yang menargetkan infrastruktur penerbangan Eropa.”
“Serangan ini tidak hanya memengaruhi satu bandara atau satu maskapai, melainkan menghantam sistem inti yang dipakai berbagai maskapai di banyak bandara besar. Dengan begitu, dampaknya langsung meluas secara serentak di seluruh Eropa,” jelas Paul.
Menurutnya, jika perusahaan teknologi penerbangan sekelas Collins Aerospace saja bisa ditembus, maka keamanan digital sektor penerbangan perlu dievaluasi ulang secara menyeluruh.
Motif dan Ancaman Lanjutan
Hingga kini, belum ada kelompok yang secara terbuka mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Namun, pola yang digunakan mengindikasikan motif finansial. Para penjahat siber biasanya menuntut tebusan dalam bentuk bitcoin agar sistem bisa dipulihkan.
Ahli keamanan siber menilai ada kemungkinan aktor negara juga terlibat, meskipun sulit dibuktikan dalam tahap awal. Jika benar, serangan ini bisa memiliki dimensi geopolitik yang lebih kompleks, tidak sekadar kriminalitas digital semata.
Bandara Perketat Keamanan Digital
Sebagai respons, otoritas bandara di Eropa meningkatkan koordinasi dengan penyedia layanan teknologi, maskapai, dan badan keamanan siber. Tujuannya adalah memastikan sistem check-in dan boarding dapat dipulihkan dengan cepat sekaligus mencegah serangan lanjutan.
Collins Aerospace menyatakan pihaknya sudah menurunkan tim khusus untuk mengatasi serangan dan menutup celah yang digunakan peretas. Mereka juga mengakui serangan ini sangat terorganisir dan menargetkan sistem dengan cara yang sulit dideteksi sebelumnya.
Peringatan Bagi Dunia Penerbangan
Insiden ini menjadi peringatan keras bahwa infrastruktur transportasi global kini semakin rentan terhadap serangan siber. Sistem penerbangan modern yang sangat bergantung pada teknologi digital berpotensi menjadi target empuk, baik bagi kelompok kriminal maupun aktor negara.
Jika serangan serupa terjadi dalam skala lebih besar, bukan hanya penumpang yang dirugikan, tetapi juga rantai pasokan global yang sangat bergantung pada transportasi udara.
“Dunia penerbangan perlu menyadari bahwa serangan siber sama berbahayanya dengan ancaman fisik. Keduanya bisa melumpuhkan bandara dan mengganggu mobilitas internasional,” ujar seorang pakar keamanan siber dari ENISA.
Serangan siber yang melumpuhkan sistem check-in bandara besar di Eropa pada September 2025 ini menegaskan bahwa keamanan digital menjadi aspek vital dalam industri penerbangan. Meski penyelidikan masih berlangsung, insiden ini sudah cukup untuk membuka mata dunia bahwa ancaman siber tidak lagi sekadar menyasar individu atau perusahaan, tetapi juga infrastruktur transportasi yang menopang mobilitas global.
Dengan semakin kompleksnya modus serangan, kolaborasi antara pemerintah, perusahaan teknologi, dan maskapai menjadi kunci untuk memastikan keamanan siber bandara di masa depan.