Nodeflux, Startup AI Indonesia yang Fokuskan Pada Computer Vision
- Mathilda Gian Ayu
- •
- 03 Jun 2021 12.14 WIB
Nodeflux, start-up AI asli Indonesia telah menghasilkan beragam produk Artificial Intelligence (AI) seperti Smart City dan pengenalan wajah. Kini mereka ingin mengembangkan model AI yang dapat diluncurkan di daerah-daerah terpencil.
Tidak seperti start-up lain yang kebanyakan berfokus pada Natural Language Processing (pemrosesan bahasa alamiah) dan Big Data, Nodeflux memilih memfokuskan diri ke Computer Vision (penglihatan komputer). Di dunia AI, Computer Vision jadi salah satu tipe AI yang tantangannya lumayan besar karena berusaha mereplikasi cara kerja dan otak manusia.
Nodeflux telah berdiri sejak tahun 2016 dan berhasil menghasilkan beberapa produk Computer Vision. Salah satu yang paling banyak dikenal adalah produk untuk Smart City yang bisa membantu pengawasan kota dengan menggunakan CCTV yang terpasang di jalan raya dan perkotaan.
Ada pula solusi AI untuk identifikasi otomatis dari wajah (pengenalan wajah) yang dapat dicocokkan dengan data yang ada, seperti data Dukcapil. Solusi AI untuk kebutuhan ritel, seperti visual merchandising dan Planogram (perancangan display barang dagangan).
Selain itu, Nodeflux juga menghadirkan beberapa solusi AI untuk membantu penanganan pandemi COVID-19. Di antaranya, pengawasan terhadap kendaraan dan mobilitas manusia untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan dan penindakan oleh pemerintah, aplikasi deteksi penggunaan masker di tempat-tempat umum untuk melihat kepatuhan warga, dan aplikasi pencocokan data untuk program vaksinasi COVID-19.
Nodeflux kini sedang mencoba mengembangkan solusi ‘AI on the Edge', yang dimungkinkan dapat beroperasi tanpa koneksi internet.
"Jadi ‘AI on the Edge itu', AI-nya itu akan jalan di perangkat Edge yang tidak perlu canggih-canggih seperti server dengan GPU yang mahal dan berat. Bahkan di laptop gaming pun bisa jalan, atau di device kecil, sekarang ada device namanya Nvidia Jetson Nano itu kecil sekali dan harganya sangat murah itu jalan disitu,” ujar Adhiguna.
Adhiguna mengaku bahwa salah satu alasan mengapa Nodeflux mengembangkan Edge-based AI ini adalah karena melihat infrastruktur di Indonesia yang belum memadai.
Ia pun berharap agar pemerintah terlebih dahulu memperhatikan dua penting sebelum jauh membicarakan revolusi industri 4.0 yang belakangan kerap digaungkan, yaitu infrastruktur dan Sumber Daya Manusia (SDM).
"Infrastruktur khusunya internet, cloud systems, kemudian juga yang paling penting human resource. Jadi kalau misalnya ada sistemnya, IoT, industri 4.0 segala macam, tapi tidak ada yang bisa menjalankan, tidak ada yang bisa merancang, tidak ada yang bisa mengimplementasikan itu tidak akan jalan,” tutupnya.