Penegakan Hukum Tertinggal, Kejahatan Siber Kian Melesat
- Muhammad Bachtiar Nur Fa'izi
- •
- 20 Okt 2024 07.17 WIB
Kejahatan siber terus berkembang pesat setiap tahun, menghadirkan tantangan yang semakin sulit diatasi. Penegakan hukum, yang berupaya menanggulangi ancaman ini, kerap kali menghadapi berbagai hambatan mulai dari pengumpulan bukti hingga kerumitan kerjasama lintas negara. Situasi ini membuat para penjahat siber semakin unggul, memanfaatkan teknologi canggih dan strategi yang terus berkembang, sementara penegak hukum tertinggal dalam menindak kejahatan di dunia maya.
Di era digital saat ini, serangan siber dapat terjadi hanya dalam hitungan jam. Dalam waktu yang sangat singkat, data penting seperti informasi kartu kredit bisa dicuri oleh penjahat siber. Namun, proses investigasi dan pengadilan terhadap serangan tersebut bisa memakan waktu bertahun-tahun, menciptakan ketimpangan yang sangat besar. Hal ini memberi ruang bagi pelaku kejahatan untuk beroperasi tanpa takut ditangkap, karena sistem hukum tidak mampu mengejar kecepatan evolusi teknologi yang mereka gunakan.
Europol dalam laporannya pada tahun 2019 mengungkapkan, salah satu alasan utama mengapa penegakan hukum sering tertinggal dalam penanganan kejahatan siber adalah karena hambatan regulasi dan batasan internasional. Tantangan dalam mengumpulkan bukti digital, kesulitan dalam melacak pelaku, serta hambatan hukum lintas negara telah menjadi masalah yang terus dihadapi oleh otoritas penegak hukum di seluruh dunia. Laporan ini masih relevan hingga 2024, dengan kejahatan siber yang semakin kompleks, sementara penegak hukum masih bergulat dengan keterbatasan sumber daya yang tersedia.
Sebagian besar negara memang telah membentuk satuan tugas khusus yang bertujuan menangani kejahatan dunia maya. Namun, tantangan besar muncul ketika tugas ini dicampur dengan berbagai bentuk kejahatan digital lainnya, seperti penipuan online, yang juga memerlukan perhatian khusus. Akibatnya, sumber daya yang tersedia sering kali tidak memadai untuk menangani serangan siber besar yang membutuhkan keahlian teknis tingkat tinggi dan teknologi mutakhir. Satuan tugas yang kewalahan dengan beban kasus yang berat ini sering kali tak mampu bergerak cepat, sehingga penjahat siber dapat terus mengasah keterampilan mereka dan melancarkan serangan yang lebih canggih.
Lebih parah lagi, para pelaku siber semakin cerdas dan berani. Geng-geng siber, yang kadang didukung oleh negara, kini mulai memanfaatkan penegakan hukum yang diretas sebagai alat untuk menyerang sistem lain dan memperlambat proses penyelidikan. Mereka memasang backdoor pada sistem penegak hukum dan menjual akses ke sistem ini di Dark Web, yang memungkinkan mereka untuk melancarkan serangan lebih lanjut tanpa terdeteksi. Hal ini menciptakan lingkaran setan di mana para pelaku kejahatan terus-menerus berada selangkah di depan otoritas yang berusaha menangkap mereka.
Dampak dari ketertinggalan penegak hukum ini terhadap keamanan dunia maya sangatlah besar. Kejahatan siber yang tidak terkontrol dapat merusak kepercayaan publik terhadap kemampuan pemerintah untuk melindungi privasi dan aset mereka. Ketika penjahat siber mampu menyerang dan mencuri data tanpa mendapat hukuman yang setimpal, publik mulai meragukan apakah pemerintah benar-benar bisa menjaga keamanan mereka di era digital ini.
Tantangan lain yang dihadapi adalah bahwa sebagian besar kejahatan siber bersifat lintas batas negara, sehingga diperlukan kerjasama internasional yang erat untuk menanggulanginya. Sayangnya, kerjasama tersebut sering kali terhambat oleh perbedaan regulasi antar negara, memperlambat upaya penegakan hukum. Tanpa adanya kerjasama yang lebih baik dan regulasi yang lebih fleksibel, penegak hukum akan terus berjuang melawan penjahat siber yang semakin inovatif dan terorganisir.
Untuk menghadapi ancaman ini, pemerintah di seluruh dunia perlu mengambil langkah-langkah serius. Salah satu solusi yang dapat ditempuh adalah dengan memperbaiki regulasi dan mempercepat proses pengambilan keputusan terkait investigasi kejahatan siber. Selain itu, pemerintah harus memperkuat kerjasama internasional dan memperbanyak alokasi dana untuk pengembangan teknologi yang mendukung penegakan hukum di dunia maya. Dengan menambah pendanaan, pihak berwenang bisa meningkatkan kapabilitas teknis mereka, sehingga dapat lebih cepat merespons ancaman yang muncul.
Jika tidak ada perubahan signifikan dalam regulasi dan sumber daya, internet bisa berubah menjadi zona bebas bagi para penjahat siber, di mana pelanggaran hukum sulit dikendalikan. Menghadapi tantangan yang semakin besar ini, dunia internasional harus bersatu untuk menegakkan aturan yang lebih ketat dan memberikan respons yang lebih cepat terhadap kejahatan siber. Keamanan di dunia digital tidak boleh dianggap remeh, karena taruhannya adalah kepercayaan publik dan keamanan global.