ByteDance dan Huawei Kembangkan Teknologi AI Mandiri
- Pabila Syaftahan
- •
- 01 Okt 2024 17.36 WIB
Induk TikTok, ByteDance, sedang mengembangkan teknologi artificial intelligence (AI) dengan memanfaatkan chip buatan Huawei Technologies. Kolaborasi antara dua raksasa teknologi asal China ini dipandang sebagai langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan negara tersebut terhadap teknologi dari Amerika Serikat, khususnya dalam menghadapi pembatasan ekspor teknologi yang diberlakukan oleh Washington.
Menurut laporan dari Reuters, ByteDance telah mengambil langkah diversifikasi sumber pasokan chip AI sejak 2022. Langkah ini semakin dipacu oleh kebijakan Amerika Serikat yang membatasi ekspor teknologi, termasuk chip buatan Nvidia, yang banyak digunakan dalam pengembangan AI di seluruh dunia. ByteDance, seperti banyak perusahaan teknologi China lainnya, menyadari pentingnya kemandirian dalam pengembangan chip sebagai langkah mengantisipasi perubahan kebijakan global.
AI, atau kecerdasan buatan, telah menjadi fokus utama bagi perusahaan teknologi di seluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir. Teknologi ini diterapkan dalam berbagai layanan, mulai dari gaming, e-commerce, hingga bidang kesehatan. Inti dari kecerdasan buatan terletak pada model AI, yaitu sistem yang dirancang untuk mengenali pola-pola yang kompleks dari data yang diberikan, sehingga mampu membuat keputusan secara otomatis. Namun, sebelum model AI ini bisa digunakan, mereka harus melalui proses pelatihan intensif dengan memanfaatkan data dalam jumlah besar.
Dalam konteks AI, model yang sudah dilatih mampu menjalankan berbagai fungsi tanpa campur tangan manusia, seperti menganalisis data, memberikan rekomendasi, hingga menciptakan konten baru sesuai dengan instruksi yang diberikan. Chip berperan penting dalam proses pelatihan ini karena komputasi yang diperlukan sangat tinggi. Selama ini, ByteDance telah menggunakan chip Ascend 910B buatan Huawei untuk menjalankan berbagai model AI yang sudah dilatih sebelumnya. Ascend 910B dikenal sebagai chip AI yang mampu memproses data dalam skala besar dengan efisiensi tinggi.
Langkah terbaru yang diambil ByteDance adalah melatih large-language model menggunakan chip Ascend 910B. Model AI jenis ini memiliki kemampuan untuk memahami dan menghasilkan teks secara mandiri, yang sangat berguna dalam berbagai aplikasi seperti chatbot, penerjemah otomatis, dan asisten virtual. Selain itu, ByteDance juga dilaporkan tengah merancang model AI baru yang bertujuan untuk memperluas kemampuan teknologi yang mereka miliki saat ini.
Namun, meski ada perkembangan signifikan dalam pengembangan teknologi AI, pelatihan model AI memerlukan infrastruktur komputasi yang kuat. Data yang sangat besar harus diolah secara simultan dalam waktu yang cepat, dan inilah mengapa chip GPU buatan Nvidia sebelumnya menjadi pilihan utama bagi banyak perusahaan teknologi, termasuk ByteDance. Chip Nvidia yang awalnya dirancang untuk pengolahan grafis, ternyata memiliki kemampuan yang ideal untuk melatih model AI karena kecepatan dan efisiensinya.
Meskipun demikian, sumber dari Reuters menyebutkan bahwa model AI terbaru yang sedang dikembangkan oleh ByteDance saat ini belum memiliki tingkat kecanggihan setara dengan model AI yang telah lebih dulu digunakan oleh perusahaan, seperti Doubao. Model AI Doubao adalah salah satu model AI unggulan ByteDance yang sudah terbukti mampu memberikan hasil yang akurat dalam berbagai aplikasi, khususnya dalam bidang konten digital dan analisis data.
Menanggapi laporan mengenai pengembangan model AI baru, juru bicara TikTok di Washington DC, Michael Hughes, menegaskan bahwa "tidak ada model [AI] baru yang sedang dikembangkan" oleh ByteDance saat ini. Pernyataan ini mungkin bertujuan untuk meredam spekulasi terkait ambisi ByteDance dalam memajukan teknologi AI, terutama dalam menghadapi tekanan internasional yang semakin meningkat.
Kolaborasi antara ByteDance dan Huawei ini menunjukkan bagaimana perusahaan-perusahaan teknologi China berupaya membangun infrastruktur teknologi yang lebih mandiri di tengah dinamika geopolitik global. Dengan memanfaatkan kemampuan Huawei dalam pembuatan chip dan keahlian ByteDance dalam AI, China berpotensi memperkuat posisinya dalam persaingan teknologi global, terutama di bidang kecerdasan buatan.
Langkah-langkah yang diambil kedua perusahaan ini tidak hanya penting untuk kemajuan teknologi AI, tetapi juga sebagai strategi untuk mengurangi risiko tergantung pada pemasok teknologi dari luar negeri, khususnya Amerika Serikat, yang semakin memperketat kontrol terhadap ekspor teknologi strategis. Bagi China, pengembangan teknologi domestik yang lebih mandiri adalah kunci untuk mengamankan posisi mereka di kancah teknologi global di masa depan.