Strategi Menghadapi Tantangan Privasi Data di Era Regulasi Global
- Muhammad Bachtiar Nur Fa'izi
- •
- 28 Agt 2024 23.03 WIB
Peraturan privasi data global yang terus berkembang menghadapi tantangan baru bagi para pemasar. Di tengah perkembangan ini, penting bagi perusahaan untuk mengambil tindakan proaktif dalam mengelola data konsumen. Salah satu perubahan signifikan yang akan mempengaruhi lanskap privasi data adalah pengenalan Undang-Undang Hak Privasi Amerika (American Privacy Rights Act/APRA) yang diajukan di Senat pada April 2024. RUU ini berpotensi membawa perubahan besar dengan menciptakan kerangka kerja privasi konsumen federal yang mirip dengan General Data Protection Regulation (GDPR) di Uni Eropa. Jika disahkan, APRA akan memberikan warga negara AS hak untuk mengakses, mengoreksi, menghapus, dan mengekspor semua data yang dikumpulkan, memberikan mereka kendali yang lebih besar atas informasi pribadi mereka.
Perubahan regulasi ini menuntut pemasar untuk menyesuaikan strategi mereka agar tidak hanya memenuhi persyaratan hukum, tetapi juga membangun kepercayaan konsumen. Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana pemasar dapat menavigasi lanskap privasi data yang kompleks dengan pendekatan yang lebih baik dalam pengumpulan, perlindungan, dan pengelolaan data konsumen. Selain itu, kita akan mengeksplorasi beberapa praktik terbaik yang dapat diterapkan untuk meminimalkan risiko dan mematuhi peraturan yang berlaku.
Tantangan dalam Pengelolaan Data di Era Digital
Environment peraturan dan keamanan siber yang semakin rumit memaksa para pemasar untuk mencari solusi yang lebih baik dalam pengumpulan dan pengelolaan data konsumen. Salah satu masalah yang signifikan adalah penggunaan platform penandaan sisi klien seperti Google Tag Manager (GTM). GTM, meskipun memudahkan pelacakan dan analisis data, dapat menegakkan prinsip persetujuan default yang merusak privasi pengguna. Praktik ini termasuk menyuntikkan skrip tersembunyi dan mengabaikan kesadaran pengguna tentang data yang mereka bagikan, yang berpotensi menyembunyikan kebocoran data dan menimbulkan resiko besar bagi organisasi. Akibatnya, organisasi dapat menghadapi denda besar atau kerentanan keamanan siber yang dapat merusak kepercayaan pelanggan dan reputasi merek.
Strategi untuk Memprioritaskan Privasi Data
Para pemimpin dan pemasar perlu mempertimbangkan beberapa pendekatan inovatif untuk memaksimalkan efektivitas penggunaan data sambil tetap bertanggung jawab dalam hal privasi. Berikut adalah strategi yang dapat diterapkan:
1. Meminimalkan Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah alat yang berharga untuk memahami perilaku, preferensi, dan kebutuhan konsumen. Namun, hanya data yang relevan untuk bisnis yang seharusnya dikumpulkan. Meminimalkan data yang tidak perlu dapat melindungi konsumen dan mengurangi risiko kebocoran data. Selain itu, data yang tidak relevan dapat membebani anggaran perusahaan. Oleh karena itu, penting untuk menerapkan kebijakan data yang ketat dan melakukan audit rutin untuk menyimpan hanya data yang penting.
Prinsip minimisasi data harus diterapkan untuk menghindari pengalaman pelanggan yang negatif. Pengurangan jumlah kolom data dan fokus pada informasi yang esensial dapat meningkatkan privasi serta pengalaman pelanggan, memperkuat hubungan dengan mereka.
2. Membangun Jalur Data yang Aman
Untuk melindungi data konsumen secara efektif, organisasi perlu memastikan bahwa data tersebut dikumpulkan dan dikelola dengan aman sepanjang siklus hidupnya. Beberapa langkah yang dapat dipertimbangkan termasuk:
- Role-based access control (RBAC): Terapkan prinsip hak akses terkecil pada sistem yang menyimpan data konsumen. Ini berarti hanya orang yang memiliki kebutuhan langsung yang dapat mengakses data tertentu, terutama yang mengandung personally identifiable information (PII). Dengan menerapkan RBAC, penyebaran PII dapat diminimalisir, sehingga hanya individu yang berwenang dapat mengakses informasi sensitif. Strategi ini juga membantu dalam membatasi dampak jika akses yang tidak sah terjadi, karena jejak akses dapat dilacak dengan lebih mudah dan respons dapat diberikan dengan cepat
- Encryption: Menggunakan enkripsi pada data pelanggan adalah langkah penting untuk melindungi data dari akses yang tidak sah. Data yang dienkripsi menjadi tidak dapat dibaca oleh pihak ketiga yang tidak memiliki otorisasi. Proses enkripsi ini harus diterapkan pada data yang sedang dalam transmisi serta data yang disimpan, sehingga dua lapisan perlindungan dapat diciptakan. Selain itu, sangat penting bagi perusahaan untuk menjaga kunci enkripsi ini dengan aman, karena akses ke kunci tersebut adalah kunci untuk membuka data yang dilindungi
- Data loss prevention (DLP): Perangkat lunak DLP membantu mencegah kehilangan, penyalahgunaan, atau akses tidak sah terhadap PII dan data sensitif lainnya. DLP tidak hanya berfungsi untuk mencegah kebocoran data tetapi juga memberikan visibilitas mengenai bagaimana data sensitif digunakan dan dibagikan dalam organisasi. Dengan memanfaatkan DLP, perusahaan dapat membuat kebijakan yang lebih ketat mengenai pengelompokan data dan penyimpanan data yang tidak sah, sehingga mencegah pengiriman data yang tidak sesuai dengan kebijakan privasi dan kepatuhan yang berlaku
- Server-side tag management : Berbeda dengan tag sisi klien, yang mengandalkan browser pengguna untuk mengumpulkan dan memproses data, tag sisi server memberikan performa website yang lebih baik dan kontrol data yang lebih ketat. Dengan memindahkan proses pengelolaan data ke server, risiko paparan PII (Personally Identifiable Information) di peramban pengguna dapat secara signifikan berkurang. Hal ini tidak hanya melindungi data dari berbagai serangan berbasis peramban, seperti serangan XSS (Cross-Site Scripting), tetapi juga memastikan bahwa data sensitif tidak terpapar pada celah keamanan di tingkat klien yang sering kali kurang terlindungi.
3. Berbagi Data dengan Pihak Ketiga yang Tepercaya
Sekitar sepertiga dari pelanggaran data pada tahun 2023 disebabkan oleh kerentanan dalam kebijakan perlindungan data mitra. Peraturan seperti GDPR dan California Consumer Protection Act (CCPA) menuntut pertanggungjawaban dari pengumpul data pihak pertama ketika terjadi pelanggaran data. Oleh karena itu, penting untuk selektif dalam berbagi data dengan entitas pihak ketiga.
Sebelum menjalin perjanjian berbagi data dengan pihak ketiga, evaluasi prosedur penyimpanan, pengumpulan, dan pemindahan data yang diterapkan oleh organisasi tersebut. Pastikan kebijakan perlindungan data mereka sejalan dengan kebijakan Anda. Selain itu, saat menyusun perjanjian, tetapkan syarat-syarat kontrak yang mencakup tingkat perlindungan optimal serta tanggung jawab masing-masing pihak terkait kepatuhan dan keamanan siber.
Melakukan uji tuntas pada awal hubungan penting, tetapi menjaga komunikasi terbuka setelah kemitraan dimulai juga sangat penting. Organisasi perlu secara rutin menilai kembali komitmen mitra mereka terhadap perlindungan data dengan menanyakan tentang kebijakan perlindungan yang diterapkan, termasuk lamanya penyimpanan data dan tujuan penggunaannya.
4 Menerapkan Persetujuan Saat Pengumpulan
Sebagian besar konsumen sekarang lebih sadar akan hak mereka untuk mengontrol data pribadi yang mereka bagikan. Dalam era digital yang serba cepat ini, di mana informasi dapat dengan mudah dibagikan dan disalahgunakan, penting bagi konsumen untuk memiliki kendali atas data mereka. Banyak dari mereka kini mengharapkan transparansi penuh dari organisasi dalam proses pengumpulan data, dan mereka sering kali diberi opsi untuk menolak pengumpulan dan pelacakan data yang tidak sesuai dengan preferensi mereka.
Meskipun ini tidak selalu berlaku di semua yurisdiksi dengan beberapa wilayah yang memiliki hukum privasi data yang lebih ketat daripada yang lain Tren Global menunjukkan bahwa banyak negara sedang bergerak menuju regulasi yang lebih ketat dan konsekuensi yang signifikan bagi organisasi yang gagal mematuhi. Misalnya, regulasi seperti General Data Protection Regulation (GDPR) di Eropa telah menetapkan standar baru bagi perusahaan dalam hal pengelolaan dan perlindungan data pribadi, yang selanjutnya mempengaruhi praktik di seluruh dunia
Untuk itu, organisasi harus memastikan bahwa mereka mematuhi preferensi privasi konsumen dengan menggunakan alat yang memungkinkan penerapan persetujuan secara dinamis dan anonim. Tools ini tidak hanya berfungsi sebagai perisai melindungi data konsumen, tetapi juga sebagai cara untuk membangun hubungan yang lebih baik dengan pelanggan, yang kini semakin mengutamakan etika dan tanggung jawab sosial dari merek yang mereka pilih untuk dukung
Mengintegrasikan solusi ini dengan consent management platform (CMP) yang ada akan memastikan bahwa data pelanggan diperlakukan sesuai dengan harapan mereka. Dalam praktek, ini bisa berarti menyediakan informasi yang jelas dan mudah dipahami mengenai jenis data yang dikumpulkan, tujuan pengumpulannya, serta opsi untuk menarik kembali persetujuan kapan saja yang diinginkan. Dengan pendekatan yang lebih proaktif dalam mengelola data, organisasi tidak hanya meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan, tetapi juga memperkuat citra merek mereka sebagai pelindung privasi yang dapat dipercaya di mata konsumen.
Masa Depan Privasi Data
Pelanggaran data dan skandal privasi telah membuat banyak konsumen waspada terhadap merek online. Keterlibatan masyarakat dengan teknologi digital dan berita pelanggaran data pribadi menciptakan ketidakpercayaan. Hanya satu dari sepuluh konsumen yang sepenuhnya mempercayai organisasi untuk mengelola data mereka, menyoroti tantangan besar yang dihadapi perusahaan.
Pemasar harus lebih dari sekadar penghubung promosi, mereka harus menjadi pelindung data. Dengan mengurangi pengumpulan data yang berlebihan, melindungi PII, dan menegakkan persetujuan transparan dari konsumen, mereka dapat mulai membangun jembatan kepercayaan dengan audiens mereka. Kebijakan yang jelas tentang penggunaan data sangat penting agar konsumen merasa terinformasi dan memahami bagaimana data mereka digunakan. Selain itu, memeriksa kebijakan keamanan dan mitigasi risiko pada mitra pihak ketiga diperlukan untuk memastikan keamanan rantai pengelolaan data.
Dengan pendekatan proaktif terhadap privasi data, pemasar dapat memperoleh persetujuan konsumen dan tetap berada di depan dalam menghadapi gelombang peraturan baru. Dalam dunia yang mengutamakan transparansi dan akuntabilitas, perusahaan tidak hanya perlu mematuhi hukum, tetapi juga harus menginspirasi kepercayaan melalui praktik baik. Perusahaan yang sukses di masa depan tidak hanya akan memiliki data yang banyak, tetapi juga akan menjadi pengelola data yang etis, membangun hubungan saling menguntungkan antara merek dan konsumen.