Apa itu Machine Translation? Pengertian dan Cara Kerjanya
- Pabila Syaftahan
- •
- 19 Sep 2024 08.44 WIB
Machine Translation (MT) atau penerjemahan mesin merupakan salah satu aplikasi artificial intelligence (AI) yang sangat penting dalam pemrosesan bahasa alami atau Natural Language Processing (NLP). Machine Translation merujuk pada penggunaan teknologi komputer untuk menerjemahkan teks dari satu bahasa ke bahasa lain secara otomatis tanpa intervensi manusia. Dalam dunia yang semakin global dan terhubung ini, machine translation memainkan peran penting dalam membantu komunikasi antar bahasa yang berbeda.
Perkembangan teknologi MT dalam AI telah membuka pintu bagi banyak kemajuan signifikan dalam penerjemahan otomatis. Sistem-sistem modern seperti Google Translate, Microsoft Translator, dan DeepL menggunakan berbagai pendekatan berbasis kecerdasan buatan yang canggih untuk menghasilkan terjemahan yang lebih akurat dan natural.
Dalam artikel ini, kita akan membahas sejarah, berbagai pendekatan machine translation, cara kerja teknologinya, tantangan yang dihadapi, serta perkembangan terbaru dalam bidang ini.
Sejarah Singkat Machine Translation
Machine Translation pertama kali menarik perhatian ilmuwan setelah Perang Dunia II, terutama pada masa Perang Dingin, ketika kebutuhan untuk menerjemahkan dokumen dalam berbagai bahasa, khususnya bahasa Rusia, meningkat. Salah satu proyek paling awal adalah pada tahun 1954, yang dikenal sebagai eksperimen Georgetown-IBM. Proyek ini melibatkan penerjemahan 60 kalimat sederhana dari bahasa Rusia ke bahasa Inggris menggunakan komputer. Meskipun eksperimen tersebut terbatas dalam cakupannya, hasilnya memberikan harapan akan kemungkinan penerjemahan otomatis di masa depan.
Pada era 1950-an hingga 1980-an, pendekatan yang paling umum digunakan dalam machine translation adalah metode berbasis aturan atau rule-based machine translation (RBMT). Pendekatan ini mengandalkan aturan-aturan tata bahasa yang ditetapkan secara manual dan kamus dwibahasa untuk menerjemahkan kata dan frasa. Namun, RBMT sering kali gagal dalam memberikan hasil yang akurat karena bahasa memiliki banyak kompleksitas yang sulit dipetakan dengan aturan kaku.
Pada tahun 1990-an, pendekatan baru yang dikenal sebagai Statistical Machine Translation (SMT) mulai muncul. SMT mengandalkan data statistik dan probabilitas untuk membuat prediksi tentang terjemahan yang paling mungkin untuk suatu teks. Pendekatan ini terbukti lebih fleksibel dibandingkan RBMT, tetapi masih memiliki beberapa keterbatasan, terutama dalam menangani konteks dan makna kalimat secara keseluruhan.
Pada awal 2010-an, perkembangan jaringan saraf tiruan atau artificial neural networks memunculkan pendekatan baru yang dikenal sebagai Neural Machine Translation (NMT). NMT adalah terobosan besar dalam penerjemahan otomatis karena mampu menghasilkan terjemahan yang jauh lebih natural dan akurat dibandingkan metode sebelumnya. Hingga saat ini, NMT telah menjadi standar industri untuk penerjemahan otomatis dan terus mengalami perkembangan lebih lanjut.
Pendekatan dalam Machine Translation
Untuk memahami bagaimana machine translation bekerja, penting untuk memahami berbagai pendekatan yang telah digunakan dalam pengembangannya:
- Rule-Based Machine Translation (RBMT)
Pada masa awal penerjemahan mesin, Rule-Based Machine Translation (RBMT) menjadi metode utama yang digunakan. Dalam RBMT, aturan-aturan tata bahasa dan kamus bahasa dibuat secara manual oleh ahli linguistik. Setiap pasangan bahasa dipecah menjadi aturan yang menggambarkan bagaimana kata dan frasa diterjemahkan berdasarkan struktur tata bahasa kedua bahasa tersebut.
Sebagai contoh, dalam bahasa Inggris, kata sifat biasanya ditempatkan sebelum kata benda, seperti "red car" (mobil merah). Sementara dalam bahasa Spanyol, kata sifat biasanya ditempatkan setelah kata benda, seperti "coche rojo" (mobil merah). Sistem RBMT mengandalkan aturan-aturan semacam ini untuk memandu proses penerjemahan.
Kelebihan RBMT adalah kemampuannya untuk memberikan kontrol yang lebih besar terhadap aturan tata bahasa dan nuansa linguistik. Namun, pendekatan ini memiliki kekurangan signifikan. Pertama, pembuatan aturan untuk setiap pasangan bahasa sangatlah memakan waktu dan tenaga, terutama untuk bahasa yang memiliki tata bahasa kompleks. Selain itu, RBMT cenderung kurang fleksibel dalam menangani kalimat yang tidak mengikuti pola aturan yang telah ditentukan atau mengandung idiom yang sulit diterjemahkan secara literal.
- Statistical Machine Translation (SMT)
Pada tahun 1990-an, perkembangan dalam pemrosesan bahasa alami memunculkan pendekatan berbasis statistik, yaitu Statistical Machine Translation (SMT). SMT tidak lagi bergantung pada aturan tata bahasa yang dirumuskan secara manual, melainkan menggunakan model probabilistik yang dilatih dengan data bilingual.
Sistem SMT bekerja dengan cara mengumpulkan sejumlah besar data teks yang sudah diterjemahkan (corpus), dan algoritma akan mempelajari hubungan statistik antara kata dan frasa dalam bahasa sumber dan bahasa target. Model SMT menggunakan probabilitas untuk memprediksi terjemahan yang paling mungkin berdasarkan kemunculan kata dan urutan kata di data pelatihan.
Contoh paling terkenal dari penerapan SMT adalah Google Translate pada tahun-tahun awal. Keuntungan utama SMT dibandingkan RBMT adalah fleksibilitasnya dalam menangani berbagai jenis teks dan bahasa tanpa memerlukan aturan tata bahasa yang rumit. Namun, SMT masih memiliki beberapa kelemahan. Sistem ini sering kali menghasilkan terjemahan yang literal dan tidak mampu memahami konteks secara menyeluruh, terutama dalam kasus kalimat panjang atau ambigu.
- Neural Machine Translation (NMT)
Neural Machine Translation (NMT) adalah inovasi terbaru dalam teknologi penerjemahan otomatis. NMT menggunakan pendekatan berbasis jaringan saraf tiruan yang memungkinkan sistem untuk belajar dari data besar dan menghasilkan terjemahan yang lebih akurat dan natural.
Berbeda dengan SMT, yang membagi proses penerjemahan menjadi beberapa tahap (seperti segmentasi kata, pemetaan statistik, dan pemilihan terjemahan), NMT menerjemahkan teks secara end-to-end dalam satu jaringan saraf yang terintegrasi. Ini berarti bahwa seluruh proses penerjemahan, mulai dari memahami kalimat dalam bahasa sumber hingga menghasilkan kalimat dalam bahasa target dilakukan oleh satu model.
Model NMT biasanya terdiri dari dua komponen utama: encoder dan decoder. Encoder bertanggung jawab untuk mengonversi kalimat sumber menjadi representasi numerik atau vektor, sementara decoder mengambil vektor ini dan mengubahnya kembali menjadi kalimat dalam bahasa target.
NMT juga dikenal lebih baik dalam menangani konteks kalimat dibandingkan SMT atau RBMT. Model NMT dapat memperhitungkan hubungan antar kata dalam satu kalimat serta antar kalimat dalam satu paragraf, sehingga hasil terjemahan lebih natural dan mendekati gaya bahasa manusia.
Salah satu teknologi terpenting dalam NMT adalah model transformer, yang pertama kali diperkenalkan oleh Google pada tahun 2017. Model transformer menggunakan mekanisme "attention" yang memungkinkan sistem untuk fokus pada bagian-bagian penting dari kalimat sumber selama proses penerjemahan. Ini membuat NMT mampu menerjemahkan kalimat panjang dan kompleks dengan lebih baik dibandingkan pendekatan sebelumnya.
Cara Kerja Neural Machine Translation (NMT)
Secara garis besar, proses NMT dapat dijelaskan dalam dua tahap utama: encoding dan decoding.
- Encoding
Pada tahap pertama, kalimat dalam bahasa sumber dikonversi menjadi vektor oleh jaringan saraf yang disebut encoder. Representasi vektor ini berisi informasi mengenai makna kalimat, meskipun dalam bentuk yang lebih abstrak. Setiap kata dalam kalimat dikonversi menjadi angka, dan urutan angka tersebut menggambarkan makna dan konteks kata dalam kalimat.
- Decoding
Setelah representasi vektor terbentuk, jaringan saraf kedua yang disebut decoder akan mengambil vektor ini dan mengubahnya kembali menjadi kata-kata dalam bahasa target. Decoding ini dilakukan secara bertahap, dengan memperhitungkan hubungan antara kata-kata yang sudah diterjemahkan sebelumnya dan kata-kata yang akan diterjemahkan berikutnya.
Pada NMT modern, sistem sering menggunakan arsitektur jaringan saraf berbasis transformer, yang memungkinkan sistem untuk memperhatikan konteks kata-kata dalam seluruh kalimat. Ini membantu NMT menangani nuansa bahasa dan konteks yang rumit dengan lebih baik.
Tantangan dalam Machine Translation
Meskipun NMT telah membawa banyak kemajuan dalam bidang penerjemahan otomatis, masih ada beberapa tantangan besar yang perlu diatasi. Berikut adalah beberapa tantangan utama dalam machine translation:
- Menangkap Konteks dan Nuansa Budaya
Penerjemahan bukan hanya soal mengonversi kata-kata dari satu bahasa ke bahasa lain, juga melibatkan pemahaman konteks dan nuansa budaya. Banyak bahasa memiliki idiom, ungkapan, atau frasa yang tidak memiliki padanan langsung dalam bahasa lain. Misalnya, ungkapan seperti "raining cats and dogs" dalam bahasa Inggris tidak dapat diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa lain tanpa kehilangan maknanya.
Machine translation sering kali kesulitan dalam menangkap nuansa semacam ini. Meskipun NMT lebih baik dalam memahami konteks kalimat dibandingkan pendekatan sebelumnya, terjemahan otomatis masih cenderung kurang dalam hal memahami konteks budaya yang lebih dalam.
- Bahasa yang Kurang Terdokumentasi
Salah satu masalah utama dalam machine translation adalah ketersediaan data. NMT membutuhkan data bilingual dalam jumlah besar untuk melatih modelnya. Bahasa seperti Inggris, Mandarin, dan Spanyol memiliki banyak sekali data yang tersedia, tetapi banyak bahasa lain, terutama bahasa daerah, kurang terdokumentasi. Hal ini membuat penerjemahan otomatis untuk bahasa-bahasa ini menjadi sangat sulit.
- Penerjemahan Kalimat Panjang dan Kompleks
Meskipun NMT telah membuat kemajuan besar dalam penerjemahan kalimat yang lebih pendek, kalimat panjang dan kompleks masih menjadi tantangan. Sistem NMT terkadang kesulitan menjaga konsistensi makna sepanjang kalimat yang sangat panjang atau mengandung banyak klausa.
Masa Depan Machine Translation
Machine Translation (MT) telah mengalami perkembangan signifikan sejak pertama kali diperkenalkan pada pertengahan abad ke-20. Dari RBMT hingga SMT dan sekarang dengan penerapan jaringan saraf melalui Neural Machine Translation (NMT), teknologi ini telah banyak berkembang dalam meningkatkan akurasi penerjemahan otomatis. NMT menjadi terobosan terbesar dengan menggunakan jaringan saraf tiruan yang mampu menangkap konteks kalimat, sehingga hasil terjemahannya lebih natural dan mendekati terjemahan manusia.
Inovasi terus berlanjut dengan perkembangan teknologi deep learning, terutama penggunaan model transformer yang membuat penerjemahan antar bahasa menjadi lebih fleksibel dan akurat. Terlebih lagi, proyek-proyek baru seperti sistem penerjemahan multi-bahasa tanpa batasan pasangan bahasa tertentu menunjukkan potensi besar dalam memperluas kemampuan MT. Teknologi ini juga berpotensi digunakan untuk penerjemahan real-time dalam percakapan lintas bahasa, mengubah cara manusia berinteraksi dan berkomunikasi di dunia global.
Dengan terus berkembangnya AI dan NMT, masa depan machine translation menjanjikan terjemahan yang semakin canggih dan natural. Meskipun demikian, tantangan dalam menangkap makna konteks, budaya, dan ekspresi emosional dalam bahasa tetap menjadi aspek yang harus diatasi agar MT dapat mencapai kualitas setara dengan penerjemah manusia. Inovasi di bidang ini tidak hanya berfokus pada teks, tetapi juga pada suara dan video, yang akan semakin memperluas cakupan dan aplikasi penerjemahan otomatis di masa depan.